Pernah atau sering liat gambar yang ada di atas? Gambar apakah itu? Bagaimanakah Sejarahnya? Baca dan simak uraian berikut :
Di negeri Tiongkok, selalu ada huruf “Double Happiness” atau “Kebahagiaan Ganda” yang ditempelkan di pintu. Pada waktu menikah dan akan menempati rumah baru, maka tulisan double happiness akan ditempelkan pada setiap sisi dinding, setiap daun jendela dan pintu, bahkan ada yang ditempel di setiap lemari, bufet dan tempat tidur. Ini dimaksudkan agar rumah dan semua yang ada di dalamnya mendatangkan sukacita besar bagi orang yang mendiaminya, khususnya pengantin baru. Hal ini juga menggambarkan dua orang yang bersukacita sudah menjadi satu, jadi sempurnalah sukacita sepasang pengantin itu.
Di negeri Tiongkok, selalu ada huruf “Double Happiness” atau “Kebahagiaan Ganda” yang ditempelkan di pintu. Pada waktu menikah dan akan menempati rumah baru, maka tulisan double happiness akan ditempelkan pada setiap sisi dinding, setiap daun jendela dan pintu, bahkan ada yang ditempel di setiap lemari, bufet dan tempat tidur. Ini dimaksudkan agar rumah dan semua yang ada di dalamnya mendatangkan sukacita besar bagi orang yang mendiaminya, khususnya pengantin baru. Hal ini juga menggambarkan dua orang yang bersukacita sudah menjadi satu, jadi sempurnalah sukacita sepasang pengantin itu.
Ungkapan “Kebahagiaan Ganda” berasal dari Bahasa Mandarin
“Shuang Xi Zi”. Provinsi Henan adalah tempat asal tulisan “Kebahagiaan
Ganda”, khususnya bermula pada zaman Song (960-1279M) dengan seorang
ahli kebudayaan yang ternama saat itu, Wang An Shi.
Konon, Wang An Shi pada saat muda itu akan mengikuti ujian negara di Jing Cheng (kini bernama Kai Feng, di Provinsi Henan). Orangtua Wang An Shi tidak merasa tenang jika anaknya harus tinggal di rumah orang lain. Karena itu mereka memberi tahu Wang An Shi alamat pamannya, agar ia pergi dan tinggal di sana. Orangtua Wang An Shi berharap anak mereka dapat berhasil dalam ujian dan pamannya akan mengurus semua kepentingannya untuk ujian dan Wang An Shi hanya tinggal belajar mempersiapkan diri.
Konon, Wang An Shi pada saat muda itu akan mengikuti ujian negara di Jing Cheng (kini bernama Kai Feng, di Provinsi Henan). Orangtua Wang An Shi tidak merasa tenang jika anaknya harus tinggal di rumah orang lain. Karena itu mereka memberi tahu Wang An Shi alamat pamannya, agar ia pergi dan tinggal di sana. Orangtua Wang An Shi berharap anak mereka dapat berhasil dalam ujian dan pamannya akan mengurus semua kepentingannya untuk ujian dan Wang An Shi hanya tinggal belajar mempersiapkan diri.
Setelah berjalan sehari sampailah Wang An Shi di pintu gerbang Jing
Cheng. Di situ ada sebuah keluarga. Orang itu bernama Ma Yuan Wai.
Ketika melintasi rumah itu, Wang An Shi melihat banyak sekali orang
berkerumun di depan rumah itu. “Ada apa gerangan ?” pikirnya. Ia pun
mendekat untuk melihat apa yang terjadi. Ternyata orang berkerumun
untuk melihat tulisan di kedua sisi rumah Ma Yuan Wai. Di situ ada
tulisan yang sangat bagus, karya Ma Yuan Wai. Tulisan itu sejenis
kata-kata mutiara atau amsal yang bermakna sangat dalam. Setelah
beberapa saat melihat tulisan itu, Wang An Shi berteriak, “Tulisan yang
sangat bagus, amsal yang sangat indah !”
Pada waktu itu seorang tua keluar dari kerumunan orang banyak dan
berkata kepada Wang An Shi, “Tuan Muda, saya sudah memperhatikan anda
dan saya yakin anda adalah orang yang memiliki kemampuan khusus. Waktu
anda berkata bahwa tulisan itu sangat bagus dan merupakan amsal yang
sangat indah, saya kagum. Hanya orang yang mengerti yang bisa
mengatakan itu tulisan yang bagus dan bermakna indah.”
Wang An Shi hanya diam mendapat pernyataan seperti itu. Orang tua
itu pun mengatakan lagi bahwa sesungguhnya tulisan tersebut adalah
tulisan anak perempuan Ma Yuan Wai. Ia sudah bertekah, kepada orang
yang bisa mengetahui tulisan tersebut, ia akan memberikan anak
perempuannya yang terkenal cantik untuk diperistri.
“Silahkan anda tunggu sebentar, saya akan memanggil tetua adat dulu, ” kata orang itu, lalau meninggalkan Wang An Shi.
Walaupun Wang An Shi setuju untuk menebak arti tulisan tersebut, ia
tidak tega membiarkan pamannya menunggu dirinya, lagi pula ia harus
mempersiapkan diri menghadapi ujian. Karena itu, diam-diam ia
meninggalkan tempat itu.
Sesampai di rumah pamannya, dia sangat senang. Singkat cerita,
keesokan harinya ia mengikuti ujian negara. Wang An Shi menjawab semua
pertanyaan di kertas ujian dengan sangat cepat dan setelah itu ia
menyerahkan kertas ujiannya kepada pengawas ujian. Karena begitu
cepat selesai, pengawas itupun memeriksa dengan teliti jawaban Wang An
Shi.
“Wah, luar biasa…,” guman sang pengawas itu. Ia lalu memanggil Wang
An Shi dan berkata, “Orang muda, saya sudah memeriksa hasil ujianmu dan
saya berpendapat anda punya bakat kepintaran yang luar biasa. Apakah
bisa menuliskan “Dui Lian” buat saya ?” (Dui Lian adalah sepasang
tulisan yang ditempelkan di sebelah kiri dan sebelah kanan pintu dengan
format dari atas ke bawah).
Istri pengawas ujian pun sambil melihat kertas ujian Wang An Shi
berkata, ” Fei hu qi, qi fei hu. Qi juan hu, chang shen.” Begitu
mendengar ucapan tersebut, ia teringat tulisan di depan rumah Ma Yaun
Wai. “Baiklah…” kata Wang An Shi seperti yang pernah dikatakannya
kepada orangtua di depan rumah Ma Yuan Wai. “Oke, kalau begitu”, kata
pengawas, “Setelah saya memeriksa semua hasil ujian, saya akan hubungi
anda, sekarang anda boleh pulang dulu.”
Wang An Shi sangat senang, sambil berlari-lari kecil ia pulang ke
rumah pamannya. Betap terkejutnya dia begitu sampai di depan pintu
rumah, ternyata di situ sudah duduk orang tua yang pernah berbicara
dengannya di depan rumah Ma Yuan Wai. Orang tua itu sengaja mencari
Wang An Shi dan mendapatkan dimana sebenarnya ia tinggal.
Wang An Shi tahu bahwa tulisan di depan ruang ujian adalah jawaban
arti tulisan di depan rumah Ma Yuan Wai. Tanpa basa-basi orang tua itu
pun menyodorkan kertas agar Wang An Shi menuliskan apa yang pantas
untuk menjawab “Dui Lian” di depan rumah Ma Yuan Wai.
Tanpa ragu Wang An Shi menulis “Fei hu qi, qi fei hu, qi juan hu,
chang shen”. Orang tua itu membawa pulang tulisan tersebut dan
memperlihatkannya kepada Ma Yuan Wai dan putrinya. Mereka begitu kagum
akan kepintaran dan tulisan Wang An Shi. Karena itu putri Ma Yuan Wai
yang cantik pun setuju untuk dinikahkan dengan Wang An Shi. Ayahnya
Ma Yuan Wai, menegutus orang untuk membicarakan pernikahan dengan paman
Wang An Shi.
Melihat keponakannya ragu dan bimbang, sang paman pun berkata, “Wang
An Shi, putri itu pengetahuannya banyak, lembut hatinya, lembut
karakternya dan ia juga orang yanga sangat terkenal di sini akan berbagi
talenta yang dimilikinya. Ia pasti bisa menjadi istri yang sangat
baik untukmu !” Setelah berembuk, mereka memutuskan bahwa tiga hari
lagi acara pernikahan akan dilangsungkan.
Pada hari pernikahan, ketika tamu sudah pada datang, tiba-tiba
seorang datang dari jauh dan berteriak kepada paman Wang An Shi, “Tuan
Wang, hasil ujian negara keponakan anda adalah yang terbaik. Ia nomor
satu !” Semua orang di tempat itu mendengar dengan jelas dan mereka
bersukacita dan bangga. Ketika mereka sedang berpesta, seorang tamu
berkata, “Hari ini adalah hari pernikahan Wang An Shi dan karena itu
juga hari ini adalah hari bahagianya. Hari ini kita semua mendengar
bahwa hasil ujian negera yang diikutinya adalah yang terbaik di seluruh
negeri, karena itu hari ini adalah juga hari bahagianya. Hari ini
sungguh hari bahagia ditambah hari bahagia. Apa yang pantas diucapkan
atau dituliskan untuk menggambarkan kebahagiaan seperti ini ?”
Beberapa saat semua orang berfikir, namun tidak lama setelah itu Wang
An Shi berdiri dan mengmbil kuas untuk menulis “Shuang Xi”, Xi berarti
bahagia dan huruf itu ditulis secara bergandengan yang berarti
“Kebahagiaan Ganda”. Sejak itu di negeri Tiongkok, pada setiap acara
pernikahan selalu ada tulisan “Shuang Xi”, “Kebahagiaan Ganda” atau
“Double Happiness.”
Mutiara Hikmat :
Kejarlah hikmat karena hikmat itu sering kali menolong dan membuat hidup orang lain dan diri kita sendiri bahagia.
Kejarlah hikmat karena hikmat itu sering kali menolong dan membuat hidup orang lain dan diri kita sendiri bahagia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar