Sebagai
salah satu kesenian yang berasal dari daratan Tionghoa, nama barongsay
dalam bahasa mandarin adalah “nien” atau binatang buas. Tetapi asal
usul kata barongsay adalah kata yang diserap dari kata Bo Ling Bo Sai
dalam dialek Hokkian, yang artinya bermain naga dan singa. Kata
barongsay kemudian lebih populer karena menyesuaikan lidah orang
Indonesia, karena kebanyakan orang sulit mengucapkan kata Bo Ling Bo Sai,
sehingga akhirnya terucap kata Barongsay. Namun ada juga yang
mengatakan bahwa nama “barongsai” adalah gabungan dari kata Barong dalam
bahasa Jawa dan Sai sama dengan Singa dalam bahasa dialek Hokkian .
Tidak
ada catatan resmi yang menyatakan kapan kesenian barongsay ini masuk ke
Indonesia, bahwa barongsay masuk ke Indonesia sejalan dengan
kedatangan mereka ke daerah nusantara. Kesenian ini terus berkembang di
Indonesia seiring dengan perkembangan masyarakat Tionghoa itu sendiri.
Konon barongsay sudah dikenal di Palembang sejak zaman kerajaan
Sriwijaya. Barongsay diperkenalkan di daratan sumatera oleh utusan
kerajaan Kwang Cho dari daratan Tionghoa saat mengunjungi Sriwijaya.
Kesenian
barongsay berkembang di dalam komunitas-komunitas masyarakat Tionghoa
maupun di tempat ibadah mereka yaitu di Klenteng.
Perkumpulan-perkumpulan atau komunitas Tionghoa yang ada di Indonesia
pada umumnya memiliki group kesenian barongsay. Hal ini disebabkan
karena barongsay merupakan bagian dari ritual mereka.
Banyak
versi yang menjelaskan tentang asal usul dari kesenian barongsay ini,
menyatakan sejarah munculnya kesenian barongsay ini di mulai pada tahun
551 SM di negeri Tionghoa. Pertama di inspirasi oleh pemunculan Killin
(kuda naga yang bertanduk), yaitu binatang suci dari negeri Tionghoa
yang dalam penampakkannya membawa maksud akan terjadinya suatu
peristiwa. Pemunculan pertama binatang berkepala, badan bersisik naga
dan berkaki kijang kepada ibunda Nabi Khong Cu mengawali peristiwa
kelahiran Nabi Khong Cu. Pemunculan Killin juga tercatat dalam sejarah
diakhir dinasti Ciu (1125-255 SM) dalam kitab Tang Ciu Kok yang artinya
catatan sejarah dinasti Ciu Timur. Perwujudan dari binantang Killin
kemudian ditranformasikan dalam pemainan barongsay. Inspirasi berikutnya
berlanjut pada masa Dinasti Ming, dimana pada waktu itu raja pada zaman
dinasti Ming mendapat hadiah dari bangsa barat berupa seekor singa dan
anjing pudel. Raja sangat menyangi binatang tersebut, sehingga ketika
kedua binatang itu mati, raja sangat sedih, hingga pada akhirnya
memerintahkan kepada mentrinya untuk menciptakan tarian yang meniru
bentuk fisik dan gerakan kedua binatang, keduannya dipadukan menjadi
satu, dengan bagian kepada berbentuk kepala singa dan kaki berbentuk
anjing pudel.
Versi
lainnya konon, pada waktu itu ada sebuah makhluk jahat yang berwujud
naga dan bertanduk yang mengganggu ladang dan kehidupan mereka.
Masyarakat menjadi ketakutan, sehingga hampir seluruh negeri di Tionghoa
mengalami kemerosotan hasil panen. Hal itu terus berlanjut dan sangat
merisauan masyarakat. Lama kelamaan timbul keinginan untuk melawan
makhluk tersebut. Berbagai langkah dirumuskan, akhirnya diambillah
sebuah kesepakatan bahwa makhluk tersebut harus dihadapi dengan makhluk
yang serupa. Lalu masyarakat menciptakan suatu makhluk yang berbentuk
singa bermata besar yang digerakkan oleh manusia yang bersembunyi di
dalamnya. Ketika makhluk jahat tersebut datang, maka singa buatan tadi
dikeluarkan dan digerakkan untuk melawan dan mengusirnya, dan hasilnya
naga tersebut mengelak dan melarikan diri. Kejadian ini terus berlanjut.
Setiap naga itu datang, masyarakat melawanya dengan singa buatan
tersebut, hingga pada akhirnya naga jahat tersebut tidak berani lagi
datang menggaggu masyarakat. Semenjak itu masyarakat di Tionghoa memilki
keyakinan bahwa singa buatan yang kemudian di namakan barongsay dari
kata Bhu-lang say. Bhu: permainan, lang: orang, say: singa. Merupakan
suatu bentuk kegiatan tradisi untuk penolak bala.
Dalam
perkembangannya, barongsay terus mengalami perubahan dan perbaikan.
Ketika zaman Dinasti Man Ching (Man Churia kurang lebih 1600-1911),
permainan barongsay menjadi permainan rakyat. Sewaktu kaisar Kian Wyang
menjajah tiongkok, dia sempat membakukan barongsay pada warna badannya.
Putih yang melambangkan Lauw Pi atau yang mengarah kepada kebaikan,
warna merah yang melambangkan Kwan Kong yang berkesan berani, dan warna
hitam yang melambangkan Thio Hwie yang diartikan menantang atau berani
kepada siapa saja.
Secara
umum, barongsay mempunyai dua aliran besar sesuai dengan asalnya, yaitu
yang berasal dari Tionghoa bagian utara dan Tionghoa bagian selatan.
Aliran Tionghoa bagian utara umumnya berbentuk seperti anjing peking dan
penampilannya lebih natural karena tanpa taduk, sementara yang dari
selatan umumnya memiliki tanduk dan sisik sehingga jadi mirip dengan
binatang killin (kuda naga yang bertanduk). Seperti layaknya
binatang-binatang lainnya juga, maka barongsai juga harus diberi makan
berupa Angpau yang ditempeli dengan sayuran selada air yang lazim
disebut “Lay See”. Untuk melakukan tarian makan Lay See (Chai Qing) ini
para pemain harus mampu melakukan loncatan tinggi, sehingga ketika
dahulu para pemain barongsay, hanya dimainkan oleh orang-orang yang
memiliki kemampuan silat – “Hokkian = kun tao” yang berasal dari bahasa
Mandarin Quan Dao (Kepala kepalan atau tinju), tetapi sekarang lebih
dikenal dengan kata Wu Shu, padahal artinya Wu Shu sendiri itu adalah
seni menghentikan kekerasan. Didepan barongsai selalu terdapat seorang
penari lainnya yang menggunakan topeng sambil membawa kipas. Biasanya
disebut Shi Zi Lang dan penari inilah yang menggiring barongsay untuk
meloncat atau bermain atraksi serta memetik sayuran. Sedangkan penari
dengan topeng Buddha tertawa disebut Xiao Mian Fo.
DIMENSI RITUAL DALAM BARONGSAY
Barongsay
bagi masyarakat Tionghoa mempunyai arti filosofis tersendiri. Di
samping berfungsi sebagai penolak bala, juga sebagai pelancar rezeki. Di
setiap hari raya imlek dan cap go meh barongsay selalu keluar dan
ditampilkan untuk memeriahkan hari raya tersebut. Pada hari imlek,
barongsay akan datang ke rumah-rumah penduduk untuk melakukan sembahyang
dan mendoakan agar yang punya rumah terhindar dari segala musibah.
Dengan datangnya barongsay, mereka akan merasa lega dan damai, dan bagi
mereka yang punya toko atau akan membuka toko baru mereka berharap lebih
maju lagi.
Menurut
kepercayaan orang Tionghoa, Barongsay adalah sosok singa yang dijadikan
sebagai lambang yang memilki kekuatan mistis agar manusia memperoleh
akses untuk berhubungan dengan dunia gaib dan dianggap mampu untuk
mengusir roh-roh jahat. Singa dianggapnya sebagai simbolisme hewan
Tionghoa yang merupakan terjemahan dari suatu sikap keberanian.
Barongsay, menurut kepercayaan orang China, adalah sosok singa yang
dijadikan sebagai lambang yang memiliki kekuatan mistis agar manusia
memperoleh akses untuk berhubungan dengan dunia gaib. Singa, dianggapnya
sebagai simbolisme hewan China.
Simbolisme
itulah, akhirnya menjadi daya magis untuk melakukan pemujaan dan
upacara yang terdapat dalam kebudayaan religi. Ada hal yang misterius
yang dapat mempengaruhi orang. Karena, mempunyai kemampuan untuk
mengundang roh dan memerintah roh tersebut. Atas kekuatan itulah,
akhirnya menjadi perantara bagi dunia roh. Sejak zaman Dinasti Hsia,
penggambaran itu dipercaya mempunyai makna.
Kini
pada hari Imlek ini, yang paling populer dipertunjukkan adalah simbol
singa yang berakrobatik atau barongsay. Tradisi ini selalu mendatangi
rumah-rumah atau kantor-kantor sebagai perlambang rezeki dan dipercaya
mendatangkan berkah serta dapat mengusir pergi roh-roh jahat. Akrobatik
ini, diiringi pukulan tambur dan gembreng serta mercon sebagai senjata
pengusir roh. Tradisi barongsay, sebenarnya tidak menjadi keharusan
untuk dipertunjukan pada saat Imlek saja. Pada hari biasa pun, kerap
dimainkan. Karena, sudah dipercaya sebagai bentuk pemberkatan dan
mengusir roh jahat. Biasanya, dimainkan saat ada acara pemberkatan rumah
baru, kantor maupun menyambut tamu agung. Dalam tradisi Imlek,
barongsay dimainkan sebagai bentuk penghormatan serta pelimpahan rezeki.
Apalagi tahun baru itu merupakan hari raya terbesar. Tentunya, para
pemain berupaya agar mendapatkan rezeki itu. Orang China menyebutnya
Angpao.
Dalam
permainan barongsay, dimensi ritual atau religi itu juga dapat kita
lihat. Barongsay dimainkan oleh kelompok pesilat Tionghoa yang
menggunakan kekuatan batin chi untuk menggerakkan simbol roh itu,
demikian juga singa itu bagian penyembahan nenek moyang dan merupakan
personifikasi dewa-dewa. Ada tiga jenis singa; Kwan Kung yang bermuka
merah dan berjanggut hitam, Liu Pai yang berwarna kuning dan Chang Fei
yang bermuka dan berjenggot hitam. Sebelum barongsay dimainkan, biasanya
terlebih dahulu disemayamkan di Klenteng, kemudian disembahyangi dengan
dupa. Dan sebelum dimainkan, pemainnya berdoa dan melakukan sembahyang
di tempat persembahyangannya atau di klenteng. Hal ini bertujuan untuk
mensucikan jiwa dan raga mereka agar tidak diganggu selama permainan
oleh roh-roh jahat. Semua penampilan barongsay juga harus mendapatkan
restu dari Dewa-dewa dan roh leluhur mereka. Semua persyaratan harus
sudah dipenuhi oleh pawangnya yang biasanya adalah pelatih tertinggi
barongsay ini. gangguan yang biasa muncul adalah pemain akan kesurupan
atau trance atau ketika sedang bermain pemain bisa jatuh. Kemampuan
pawang adalah mengendalikan barongsay selama permainan dan menjaga agar
tidak ada roh jahat yang masuk ke dalam arena permainan.
DIMENSI ART DALAM KESENIAN BARONGSAY
Sebagai sebuah bentuk kesenian, barongsay ini juga mempunyai dimensi seni dalam bentuknya. Perpaduan antara musik dan gerakan dari barongsay menghasilkan perpaduan gerakan yang indah. Bagaimana gerakan lenggoknya ekor barongsay, kerlipan matanya, dan lompatan-lompatan barongsay dari satu patok tiang ke patok tiang lainnya merupkan gerakan yang indah. Seekor barongsay dimainkan oleh dua orang pemain, yang terdiri dari pemain depan dan pemain belakang. Pemain depan untuk memegang dan memainkan kepada singa yang disebut dengan saito dan pemain belakang sebagai badan, kaki, dan ekor singa yang disebut denga pemain saibe (pemain ekor). Pemain lain adalah pemain musik yang terdiri dari satu orang memainkan tambur, dua orang memainkan simbel dan satu orang memainkan gong.
Setiap barongsay mempunya gerakan-gerakan dalam pertunjukannya. Tidak ada peraturan baku mengenai gerakan barongsay ini, namun barongsay ini mempunyai beberapa gerakan dasar, yaitu :
- Singli yang artinya hormat : gerakan penghormatan, di mana barongsay melakukan gerak tiga kali, yaitu kiri, kanan dan kiri lagi. Gerak ini dilakukan ketika akan memulai suatu permainan dan ketika permainan berakhir.
- Ciwato yang artinya gembra : gerakan-gerakan yang memperlihatkan kegembiraan dari barongsay, seperti membuka mulut, mengedipkan mata, melenggokkan ekor barongsay.
- Mitien yang artinya cepat : gerakan-gerakan cepat dalam barongsay, seperti melompat.
- Titien yang artinya lambat : gerakan dalam tempo lambat. Seperti berjalan.
- Mancising dan kueksising yang artinya pembersihan : gerakan membersihkan, seperti menjilat kaki, lantai, bangku, meja.
- Tampu yang artinya percobaan : gerakan seperti bergerak maju, mundur, seakan-akan gerakan ini tidak pasti.
- Cungcan dan siacan yang artinya naik dan turun : gerakan naik dan turun.
DIMENSI EKONOMI DALAM KESENIAN BARONGSAY
Dimensi lain yang terdapat dalam kesenian barongsay adalah dimensi ekonomi. Dalam tradisi Imlek, barongsay dimainkan sebagai bentuk penghormatan serta pelimpahan rezeki. Apalagi tahun baru itu merupakan hari raya terbesar. Tentunya, para pemain berupaya agar mendapatkan rezeki itu. Orang China menyebutnya Angpao. Pemainan barongsay akan berhenti jika sudah mendapat uang. Dimensi ekonomi ini dapat terlihat pada pemberian Angpau ini yang terjadi dalam pertunjukkan barongsay. Angpau ini muncul karena seperti layaknya binatang-binatang lainnya juga, maka barongsai juga harus diberi makan. Makan yang diberikan kepada barongsay berupa Angpau yang ditempeli dengan sayuran selada air yang lazim disebut “Lay See”. Angpau diberikan sebagai ucapan terimakasih karena barongsay telah melakukan pemberkatan dan pengusiran terhadap roh-roh jahat.
Dalam pertunjukkan barongsay, sebelum pertunjukkan dilakukan biasanya para penonton sudah disodori dengan amplop yang berwarna merah terlebih dahulu. Para penonton kemudian akan memasukkan uang ke dalam amplop tersebut. kemudian setelah semua amplop diserahkan kepada penonton, maka barongsay akan memulai atraksinya. Ketika atraksi akan berakhir, barongsay akan menghampiri para penonton dan akan membuka mulutnya di depan penonton. Saat mulut barongsay sudah terbuka, maka penonton kemudian akan memasukkan amplop ke dalam mulut tersebut. selain pada waktu pertunjukkan, pemberian Angpau ini juga terjadi pada saat barongsay menghampiri rumah-rumah penduduk atau tako-toko yang pada umumnya terjadi pada saat adanya pembukaan sebuah toko, peresmian perusahaan atau pendirian rumah baru atau pada saat perayaan implek. Pada saat itu, barongsay melakukan pemberkatan agar usaha mereka lancar dan pengusiran terhadap roh-roh jahat.
Pada saat sekarang, barongsay tampil bukan hanya pada saat-saat tersebut saja. Di daerah Muara Karang Cengkareng, setiap malam minggu selalu ada yang membawa barongsay. Hal ini menandakan bahwa kedatangan mereka bukan lagi murni untuk melakukan pemberkatan atau pengusiran terhadap roh-roh jahat, namun lebih kepada untuk mencari Angpao dari toko-toko dan restaurant yang mereka datangi (www.budaya_tionghua.yahoogroups.com).
Barongsay juga dijadikan alat oleh pemerintah DKI Jakarta sebagai alat untuk mendatangkan wisata dengan menampilkan atraksi barongsay di kota tua Jakarta. Pemda DKI telah menampilkan atraksi-atraksi ini setiap hari libur untuk mengaet wisatawan yang ingin melihat kota tua di daerah Jakarta ini (Pos Kota, 19 November 2007).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar