Dahulu kala, disebuah desa, tinggal sebuah keluarga yang bermarga Yang. Mata pencaharian mereka adalah bertani.
Kedua saudara ini sangat pintar menulis sajak, mereka mempunyai kumpulan teman-teman yang pintar bersajak. Pada suatu hari, si bungsu memakai baju putih yang rapi keluar mencari teman-teman sajak mereka.
Ketika berangkat ke rumah temannya, tiba-tiba turun hujan, makin lama makin deras.
Yang Pu kehujanan di jalan pengunungan yang tidak ada rumah di sekelilingnya.
Karena
tidak ada tempat berteduh, akhirnya badan Yang Pu menjadi basah kuyup,
dia hanya dapat berlari ke rumah teman karibnya ini.
Biasanya mereka suka berkumpul berdiskusi tentang sajak dan lukisan.
Setelah
sampai dirumah sahabat karibnya, dia membuka baju atasan putihnya yang
telah basah kuyup dan mengganti dengan kemeja hitam yang dipinjamkan
teman karibnya ini.
Setelah
makan malam di rumah sahabat karibnya ini mereka melanjutkan diskusi
tentang sajak dan lukisan dengan asyik, tanpa sadar hari telah menjadi
gelap.
Yang Pu menjemur kemeja putihnya dirumah temannya, dia tetap memakai kemeja hitam temannya lalu pamit pulang ke rumahnya.
Karena
hujan deras jalan-jalan di sepanjang desa, walaupun basah, tetapi tidak
terlalu becek karena banyak ditimbuni kerikil-kerikil kecil.
Hari telah gelap, tetapi karena ada cahaya bulan, jalan di desa masih terlihat dengan jelas.
Angin
berhembus dengan sepoi-sepoi, dari hutan wangian bunga liar yang
terhembus angin tercium sangat menyegarkan, jika bukan karena hari
semakin lama menjadi semakin gelap, Yangpu sangat ingin bersantai-santai
menjelajahi jalan-jalan gunung ini! Dia berjalan sambil memikirkan
diskusi tadi dengan teman karibnya tanpa sadar dia sudah sampai di depan
pintu rumahnya.
Pada
saat ini, anjing peliharaan Yang Pu tidak tahu majikannya sudah pulang,
mengiranya orang asing mau masuk menyelinap ke dalam rumah, maka dari
tempat gelap dia berlari keluar sambil mengonggong.
Pada saat itu juga anjing ini mengangkat kaki depannya gerakannya bagaikan ingin menerkam Yang Pu.
Yang
Pu yang sedang asyik melamun tiba-tiba hendak diterkam oleh anjingnya
sendiri menjadi sangat terkejut dan marah, dia lalu menghentikan
langkahnya dan menghindar dari anjingnya.
Dengan marah dia membentak anjingnya “Sudah butakah engkau? Tidak bisa mengenal saya!”
Akhirnya tangannya meraih sebatang kayu yang berada di dekat pintu rumahnya ingin memukul anjingnya.
Pada saat ini Yang Zhu yang mendengar suara ribut-ribut keluar dari rumah. Dia melihat dan melarang Yang Pu memukul anjingnya.
Sambil menenangkan anjingnya yang sedang menyalak hebat, Yang ZHu lalu berkata pada adiknya,
”Engkau
jangan memukulnya! Coba kau pikirkan, ketika siang hari engkau memakai
baju putih keluar rumah, sudah begini malam engkau pulang memakai baju
hitam, jika engkau sendiri! Dapatkah engkau membedakannya? Apalagi dia
hanya seekor anjing, mana boleh menyalahkannya?”
Yang
Pu tidak bisa berkata apapun lagi, dengan tenang dia berpikir sejenak,
apa yang dikatakan kakaknya, Yang Zhu benar juga, anjingnya juga sudah
tidak menyalak lagi. Mereka kembali masuk ke dalam rumah dengan tenang.
Cerita
ini mengajarkan kepada kita, setiap hal atau kejadian yang menimpa diri
kita sendiri kita harus cari sebab akibatnya, dengan demikian banyak
masalah yang dapat kita pecahkan, maka segala kesalahpahaman dan
kesusahan dapat diselesaikan dengan baik.
Sumber : http://www.meandconfucius.com/
Sumber : http://www.meandconfucius.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar