Setiap
agama mempunyai ritual peribadatan masing dan berbeda, dengan
menggunakan symbol dan gerakan yang didalamnya mengandung makna dan arti
bagi mereka yang menjalaninya, sehingga hal tersebut dianggap sacral
dalam prosesi pelaksanaannya.
E.B,Taylor dalam Primitive Culture mendefinisikan
agama sebagai kepercayaan terhadap adanya wujud wujud spiritual,
sedangkan durkhiem mendefinisikan agama sebagai system yang menyatu
mengenai berbagai kepercayaan dan peribadatan dengan benda benda sacral,
kepercayaan dan peribadatan yang mempersatukan semua orang yang
menganutnya kedalam suatu komunitas moral yang disebut gereja[1],
kedua definisi ini tak luput dari kritik yang diajukan oleh sesame
ilmuwan social, definisi pertama dikritik karena dianggap terlalu
bercorak intelektualis dan kurang memperhatikan emosi emosi khidmad dan
hormad sebagai karakteristik keberagamaan dengan kepercayaan
kepercayaannya, sementara yang kedua dikritik karena terlalu kabur dan
cenderung manampilkan unsur pemuasan dalam mendefinisikan agama.
Setiap agama mempunyai praktek peribadatannya sendiri sendiri[2],
Sebagaimana yang terdapat dalam agama lain, agama konghucu juga
memiliki hari hari raya yang mereka peringati sepanjang tahun dan
tradisi ini sudah ada sebelum konghucu lahir, di Indonesia hari hari
konghucu ini tidak dikenal secara luas oleh masyarakat konghucu
Indonesia, karena hari raya tersebut tidak dianggap sebagai hari libur
Nasional oleh pemerintah Indonesia[3].
Sebelum
nabi kongzi mengajarkan prosesi peribadatan ini, sudah terlebih dahulu
masyarakat cina kuno melaksanakannnya, hanya saja makna yang dikandung
dari prosesi peribadatan tersebut masih cenderung kurang jelas, hanya
sekedar ritual tanpa ada makan dan tujuan dibalik ritual tersebut, akan
tetapi setelah nabi kongzi datang, dia meluruskan semua ritual
peribadatan tersebut dan mengajarkan makna dibalik prosesi ritual
peribadatan tersebut dan dilaksanakan oleh umat penerusnya sampai
sekarang.
Agama konghucu di Indonesia tidak hanya mengajarkan kepada penganutnya bagaiman seseorng berbakti kepada
Tian (Tuhan yang maha esa) orang tua, orng yang lebih tua, para
pemimpin, tapi juga mengajarkan tata cara melakukan ibadah kepada Tian,
Nabi, orang-orang suci, leluhur dan lain-lain.
Dalam
ritual peribadatan agama konghucu ini penulis akan mengawali dari arti
dan tujuan melaksanakan ritual menurut umat konghucu di klenteng boen
bio, kemudian gerakan yang dilakukan dalam prosesi pelaksanaan
peribadatan, dan perangkat yang dipergunakan dalam ritual tersebut.
· Jenis-jenis kebaktian[4]
A. Melakukan Ibadah Kepada Thian
1). Sembahyang mengucapkan syukur tiap pagi, sore, saat menerima rezeki (makanan). Umat
Khonghucu pada pagi hari, sore, dan saat menerima rezeki (makan)
melakukan sembahyang kepada Thian. Sembahyang ini mereka lakukan di
depan meja sembahyang (altar) yang terdapat di rumahnya.[5]
Umumnya meja sembahyang ini di simapan di ruang tamu sehingga bila
berkunjung ke rumah umat Khonghucu, kita akan dapat melihat bentuk meja
sembahyang yang sebenarnya.
2). Sembahyang
atau Thian Hio tiap tanggal 1 dan 15 penanggalan bulan/lunar (Imlek).
Pada tanggal-tanggal tersebut setiap bulannya, umat Khonghucu juga juga
melakukan sembahyang di depan altar keluarga di rumah dan bisa juga
dilakukan di tempat ibadah umum (Litang). Orang yang memelihara abu
membakar dupa dihadapan abu atau papan arwah leluhurnya, dan juga di
hadapan patung dewa yang dipuja dalam rumahnya. Upacara ini mereka
lakukan pada pagi hari dan petang.
3). Sembahyang besar pada hari-hari kemuliaan Thian, yaitu:
a. Sembahyang malam penutupan tahun/malam menjelang Gwan Tan.
b. Sembahyang King Thi Kong, tanggal 8 menjelang tanggal 9 Cia Gwee (bulan pertama).
c. Sembahyang saat Siang Gwan atau Cap Go Meh, 15 Cia Gwee (bulan pertama).
d. Sembahyang hari Tangcik
(hari di mana letak matahari tepat di atas garis balik 23,5 Lintang
Selatan, yakni tepat tanggal 22 Desember), yang dilakukan pada tanggal
22 Desember.
B. Kebaktian pada Nabi
1). Peringatan hari lahir nabi (Khonghucu), tanggal 27-8 Imlek/Ci Sing Tan.
2). Peringatan hari wafat nabi, tanggal 18-2/Ci Sing Ki Sien.
3). Peringatan hari genta rohani/Bok Tok (genta yang dibuat dari logam dan dipukul dengan pemukul yang terbuat dari kayu), setiap tanggal 22 Desember.
C. Kebaktian untuk Para Suci
1). Hari Twan Yang, tanggal 5-5 Imlek. Twan artinya lurus, terkemuka, terang, dan Yang artinya sifat positif atau matahari. Twan Yang artinya pada saat matahari memancarkan cahaya paling keras.
2). Sembahyang Tiong Chiu,
tanggal 15-8 Imlek. Tanggal 15 bulan 8 Imlek adalah saat bulan purnama
dipertengahan musim rntok (musim gugur/autumn) di belahan bumi utara.
Pada saat itu cuaca baik dan bulan nampak sangat cemerlang. Pada saat
itu juga para petani sibuk dan gembira karena berada di tengah musim
panen. Pada saat bulan purnama itu dilakukan sembahyang Hok Tik Cing
Sien (malaikat bumi) untuk mengungkapkan pernyataan syukur.
3). Hari He Gwan, tanggal 15-10 Imlek. He Gwan diartikan sebagai pernyataan terakhir dalam satu tahun akan maha kasih Tuhan. Pada saat He Gwan ini dilakukan sembahyang besar bagi malaikat Bumi (ok Tik Cing Sien) yang merupakan lambing semesta alam ciptaan Tuhan.
D. Sembahyang Bagi Leluhur
1). Sembayang tiap tanggal 1 dan 15 penaggalan bulan.
2). Hari wafat leluhur atau orangtua (Co Ki).
3). Sembahyang tutup tahun (Tik Sik) tanggal 29-12 Imlek.
4). Sembahyang Sadranan/Ziarah/Ching Bing, tanggal 5 April. Sembahyang ini juga sering disebut sembahyang kubur.
5). Sembahyang pada arwah leluhur, tanggal 15-7 Imlek.
E. Kebaktian Masyarakat
1). King Ho Ping atau sembahyang arwah umum, tanggal 29-7 Imlek.
2). Hari
persaudaraan atau hari kenaikan malaikat dapur tanggal 24-12 Imlek pada
hari-hari tersebut umat Khonghucu diwajibkan berdana (membantu fakir
miskin). Menjelang tahun baru Imlek, bantuan-bantuan yang berasal dari
umat Khonghucu dibagikan pada fakir miskin tanpa membedakan golongan.
3). Seluruh
perbuatan lahir batin manusia sepanjang hidup hendaknya disadari
sebagai perbuatan kebaktian atau ibadah. Hal ini disebut “hidup sepenuh
hidup”.
1. Arti dan Tujuan umat konghucu melaksanakan Ritual peribadatan
Hampir
sama dengan agama pada umumnya arti dalam ibadah itu sendiri yakni
menyembah kepada tuhan yang maha esa, bias juga diartikan sebagai pola
komunikasi antara mahluq dengan tuhannya, oleh karena ibadah atau
sembahyang merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan umat
beragama, begitu pula dengan kondisi umat konghucu yang mempunyai ritual
tersendiri dan mempunyai tujuan dalam pelaksanaan ritual tersebut,
secara garis besar tujuan dari pada melaksanakan ritual peribadatan bagi
umat konghucu adalah:
a. Mendekatkan
diri pada Tuhan yang maha esa, tidak bisa dipungkiri bahwa pola
komunikasi vertical antara mahluq hidup dengan tuhannya harus dilakukan
oleh umat beragama setiap harinya, baik pelaksanaannya dirumah maupun di
tempat tempat ibadah sesuai dengan agamanya masing masing, dengan
tujuan untuk lebih dekat dengan Tuhan- Tian- yang menguasai seluruh
alam.
b. Memohon
pertolongan dan perlindungan, ketika manusia merasa bahwa dirinya
terancam dan tidak ada lagi yang bias menolongnya maka dia akan berdo’a
pada tuhannya dan memint pertolongan pada-Nya, oleh karena itu ketika
melakukan peribadatan maka umat konghucu meminta kepada Tian agar selalu
dilindungi dan diberi pertolongan ketika dalam kesusahan,
“Perlu
diketahui bahwa memohon berbeda dengan meminta, ketika kita meminta
sedangkan tidak diberi maka yang salah adalah yang tidak memberi, akan
tetapi ketika kita memohon maka sepenuhnya hak berada pada yang dimohon,
apa mau dikasih atau tidak terserah pada yang punya wewenang dalam hal
ini Tuhan”.demikian tambah Liem Tiong Yang.
c. Bersyukur
atas nikmat Tuhan, manusia tidak akan pernah bias menghitung berapa
banyak nikmat yang telah tuhan anugrahkan buat kita semua, sejak kita
didalam kandungan sampai kita lahir manusia tidak bias menghitungnya,
oleh karena itu manusia hanya bisa mensyukuri nikmat yang telah Tuhan
anugrahkan buat kita, dalam melakukan peribadatan umat konghucu
mengucapkan syukur kepada Tian yang telah member nikmat dan anugrah
kepada hambanya.
Disebutkan
dalam salahsatu bab kitab suci agama konghucu bahwa “Kepada orang yang
bertaqwa pada Tuhan yang maha esa maka Tuhan akan memberikan bantuan”.
2. Prosesi Peribadatan Umat Konghucu
Ada dua tempat peribadatan yang biasnya digunakan oleh umat konghucu yang pertama adalah dirumah, sedangkan yang kedua
adalah diklenteng, tidak ada perbedaan yang mendasar antara proses
pelaksanaan peribadatan dirumah dan diklenteng, keduanya sama yakni
beribadah pada arwah leluhur yang suci, beribadah pada Tuhan dan
beribadah pada Nabi konghucu.
Secara
umum tempat ibadah Konghucu adalah Litang, Miao (Bio), Kongzi Miao,
Khongcu Bio dan Kelenteng. Litang, selain merupakan tempat sembahyang,
juga merupakan tempat kebaktian berkala (biasanya setiap hari Minggu
atau tanggal 1 dan 15 penanggalan Imlek). Di sini umat mendapat siraman
rohani (khotbah) dari para rohaniwan. Miao dan Kelenteng biasanya hanya
merupakan tempat sembahyang. Kalau pun ada kebaktian, biasanya
ditempatkan di ruangan yang terpisah agar tak terganggu aktivitas
sembahyang. Di samping menjadi tempat ibadah agama Konghucu, Kelenteng
biasanya juga menjadi tempat ibadah agama Tao dan agama Buddha Mahayana.
Rohaniwan
agama Konghucu terdiri atas : Xueshi, Wenshi, Jiaosheng, Zhanglao dan
Ketua-Ketua / Pimpinan-Pimpinan Majelis dan atau Tempat Ibadah. Sebelum
menjadi Xueshi (biasa disingkat Xs), harus melalui jenjang Wenshi (Ws).
Sebelum menjadi Wenshi, harus melalui jenjang Jiaosheng (Js). Tokoh yang
sudah mencapai tingkatan sesepuh atau sangat senior di sebut Zhanglao
(Zl).
Setiap
rohaniwan, sesepuh dan para pimpinan tempat ibadah yang memegang mandat
dan Surat Pengangkatan dari Dewan Pengurus Majelis Tinggi Agama
Konghucu Indonesia (MATAKIN) dan atau menerima Surat Liyuan Rohaniwan
(persidian, peneguhan iman) dari Dewan Rohaniwan MATAKIN, memiliki
kewenangan :
a. Menyelenggarakan kebaktian bagi umat Konghucu di daerahnya.
b. Melakukan Liyuan umat.
c. Memimpin
berbagai upacara suci bagi umat Konghucu, sesuai Hukum Agama Konghucu,
termasuk Hukum Perkawinan Agama Konghucu, yang diatur dalam Tata Agama
Konghucu.[6]
Perlu
diketahui juga ada perbedaan antara prosesi peribadatan di klenteng
Boen Bio dengan klenteng lain, kalau di klenteng lain ketika kita akan
masuk klenteng maka terlebih dahulu kita sembahyang untuk Tuhan di altar
luar baru kemudian kita masuk dan beribadah untuk para nabi dan arwah
leluhur yang suci di altar dalam, sedangkan di kelnteng Boen Bio, kita
langsung melaksanakan prosesi peribadatan di altar dalam tanpa ada altar
luar, adapun prosesi peribadatan umat konghucu adalah sebagai berikut:
a. Terlebih dahulu menyalakan lilin di tempat berdo’a atau altar,
b. Membakar Hio atau Dupa sebanyak 3 atau
9 batang yang melambangkan Tuhan, Manusia dan Bumi, kemudian dinaikkan
dahi sebanyak 3 kali, dengan berkata sebagai berikut, pada angkatan Hio
yang pertama maka yang diuacapkan adalah kehadiran Tuhan yang maha esa ditempat yang maha tinggi,dimuliakanlah. Pada angkata Hio yang kedua
yang harus diucapkan adalah kehadapan nabi Konghucu, pembimbing dan
penyadar hidup kami, di muliakanlah. Sedanngkan pada angkata ketiga yang diucapkan adalah kehadapan para suci dan leluhur yang kami hormati, dimuliakanlah.
c. Setelah pengangkatan Hio maka langkah selanjutnya adalah meletakkan Hio di Youlu
atau tempat peletakan Hio yang terbuat dari besi kuningan dan berbentuk
hati, Hio pertama diletakkan di tengah, yang kedua diletakkan di
sebelah kanan, dan yang terakhir diletakkan disebelah kiri.
d. Berdo’a dengan sikap Pat Tik, ada dua sikap pat tik, Pertama
sikap pat tik delapan kebajikan mendekap Thai Kik yaitu dengan cara
tangan kanan dikepalkan lalu ditutup dengan tangan kiri, sikap tangan
ini gunakan juga pada waktu bersembahyang, kedua
sikap delapan kebajikan mendekap hati dengan cara tangan kanan tetap
membuka, tangan kiri merangkap punggung tangan kanan dan kedua ibu jari
dipertemukan kemudian didekappan di dada, sikap ini hanya digunakan pada
waktu berdo’a.
Tangan
bersikap pat tik dan didekappan di dada mempunyai makna “Aku selalu
ingat bahwa dengan perantara ayah bunda Tian telah berkenan menjadikan
daku manusia, maka manusia wajib melakukan delapan kebajikan”[7].
Delapan jalan kebajikan tersebut adalah:
- Berbakti atau Hau,
berbakti disini mempunyai makna yang sangat universal, mulai dari
berbakti kepada tuhan yang maha esa, berbakti kepada oran tua dan sampai
berbakti pada Negara nusa dan Bangsa, pada asal artinya berbakti di
khususkan pada orangtua saja, di contohkan oleh Liem ketika kami
melaksanakan wawancara “ketika seorang melaksanakan proses pembelajaran
(Kuliyah-semisal-) dan sampai di Drop Out oleh akademik maka dia telah
tidak berbakti pada orang tua karena sesungguhnya orang tua selalu
menginginkan anaknya untuk lulus kuliyah”
- Rendah Hati atau Tee, yakni tidak sombong dan tidak Gumede roso, selalu berbuat rendah hati dengan sesame mahluq.
- Setia atau Tiong .
- Dapat dipercaya atau Sien yakni dengan selalu menepati janji dan melaksanakan apa yang telah dikatakan.
- Susila atau Lee yaitu berisi tentang aturan yang ada di masyarakat umum.
- Kebenaran atau Gi.
- Suci hati atau Liam, dengan selalu positive thingking dan bersih hati.
- Tahu malu atau Thi,
menjadi manusia harus punya rasa tahu malu, karena dengan rasa inilah
kita secara tidak langsung juga akan dihormati oleh orang lain, salah
satu hal yang membedakan antara manusia dengan Hewan adalah hewan tidak
pernah punya rasa malu sedangkan manusia mempunyai rasa malu, ketika
manusia tidak punya rasa malu berarti dia tidak ada bedanya dengan
hewan.
Selain delapan jalan kebajikan dalam pat tik diatas, ada beberapa makna yang terkandung dalam pat tik,
- Ibu jari kiri yang melambangkan ayah
- Ibu jari kanan yang melambangkan ibu
- Kedua ibu jari jika dipertemukan dalam posisi pat tik maka akan membentuk huruf jien yang artinya manusia.
- Delapan jari yang lain melambangkan delapan kebajikan seperti yang telah dipaparkan diatas,
- Kesatuan genggaman melambangkan Tian, Tuhan yang maha esa.
- Dekapan dalam dada melambangkan bahwa kita selalu ingat pada-Nya.
Lain dari pada itu ada juga aturan yang harus dilaksanakan dalam penggunaan Pat Tik dalam hal jumlah:
- Kepada sesama orang hidup maka hanya satu kali angkatan saja atau pai
- Kepada jenazah atau orang meninggal dengan dua kali angkatan atau Tinglee.
- Kepada Altar Tuhan, Nabi atau para arwah Suci sebanyak tiga kali angkatan atau Tinglee[8].
3. Makna dari symbol dan Benda yang digunakan dalam prosesi peribadatan.
Setiap
pelaksanaan peribadatan diperlukan symbol symbol sebagai kelengkapan
peribadatan, tidak hanya sekedar symbol saja akan tetapi dibalik symbol
tersebut juga mempunyai makna dan arti tertentu sehingga menimbulkan
kesakralan tersendiri bagi umat beragama, dalam prosesi peribadatan
agama konghucu juga menggunaka beberapa benda dan symbol yang didalamnya
mengandung makna dan arti.
a. Hio atau Dupa, Hio artinya harum, yaitu
bahan pembakar yang dapat mengeluarkan asap yang berbau sedap atau
harum, dupa yang dikenal pada zaman nabi Kongzu berwujud bubuk atau
belahan kayu, membakar dupa dalam peribadatan umat konghucu mengandung
makna “jalam suci itu berasal dari kesatuan hatiku dan hatiku dibawa
melalui keharuman dupa”, selain itu juga beguna untuk:
- Menenangkan pikiran, memudahkan konsentrasi dan meditasi
- Mengusir hawa atau hal hal yang bersifat jahat
- Mengukur waktu, terlebih pada zaman dahulu sebelum ada jam atau lonceng.
Selain itu ada juga beberapa macam dupa sesuai dengan warna atau bentuk serta penggunannya dupa itu sendiri:
- Dupa yang bergagang Hijau, berguna ketika bersembahyang didepan jenazah keluarga sendiri.
- Dupa yang bergagang merah, digunakan untuk bersembahyang pada umumnya.
- Dupa
yang tidak bergagang, berbentuk piramida atau serbuk, berguna untuk
menentramkan pikiran, mengheningkan cipta dan mengusir arwah jahat.
- Dupa yang berbentuk spiral seperti obat nyamuk, hanya untuk bau-bauan saja.
- Tiang Siu Hio, dupa tanpa gagang, panjang lurus dibakar kedua ujungnya, digunakan khusus untuk bersembahyang kepada tuhan.
Ada juga pembagian dupa menurut jumlah penggunaan dupa:
- Dupa
warna Hijau, 2 batang digunakan untuk menghormati jenazah keluarga
sendiri atau kehadapan altarnya yang masih belum melampaui masa
berkabung, boleh saja digunakan hanya satu batang.
- Dupa warna merah:
a. 1 batang, dapat digunakan untuk segala macam sembahyang, bermakna memusatkan fikiran untuk sungguh sungguh bersujud.
b. 2
atau 4 batang untuk menghormati kepada arwah orang tua yang
meninggalnya telah melampaui 2 x 360 hari, atau kehadapan altar jenazah
bukan keluarga sendiri dan mengandung makna ada hubungan duniawi atau
urusan keduniaan.
c. 5 batang, untuk menghormati arwah umum, mengandung makna melaksanakan lima kebajikan.
d. 8 batang, mengandung makna delapan kebajikan, dan digunakan sama dengan 2 atau 4 batang.
e. 9 batang, untuk bersembahyang kepada tuhan yang maha esa, para nabi dan para suci.
f. 1 pak, boleh sebagai pengganti 9 atau 1 batang[9].
b. Lilin
atau Lampu, mempunyai makna menerangi dan berdiri tegak, sedangkan asap
dari pada lilin itu sendiri dilambangkan sebagai bentuk naiknya do’a
keperaduan Tuhan yang maha esa,
c. Youlou, tempat untuk meletakkan Hio setelah dibakar yang terbuat dari besi kuningan dan berbentuk seperti hati.
4. Jadwal pelaksanaan peribadatan
Ada beberapa waktu peribadatan yang harus dilaksanakan oleh umat kanghucu selain ibadah setiap hari:
a. Peribadatan
setiap hari, pagi dan sore, peribadatan ini bias dilaksanakan dirumah
ataupun ditempat peribadatan agama konghucu atau klenteng.
b. Peribadatan
setiap tanggal 1 imlek dan 15 imlek yang dilaksanakan di klenteng,
peribadatan pada tanggal 1 imlek di pergunakan untuk intropeksi diri
manusia, sedangkan pada tanggal 15 imlek digunakan untuk memohon
permintaan kepada tuhan dan bersyukur atas nikmat yang telah diberikan
selama hidup.
c. Peribadatan
setiap minggu atau kebaktian mingguan, yakni do’a secara berjama’ah dan
membaca ayat dari kitab sushi sebagai renungan dan kemudian di akhiri
dengan khotbah keimanan, dilaksanakan setiap hari minggu jam 09.00-
11.00 wib, di klenteng Boen Bio jl. Kapasan 131 Surabaya.
Lebih lengkapnya lagi dalam buku tata Agama dan tata laksana upacara agama konghucu disebutkan ada beberapa macam peribadatan:
a. Ibadah kepada Tuhan yang maha esa/ Thian
- Sembahyang pengucapan syukur tiap pagi dan sore, saat menerima rezeki makan.
- Sembahyang tiap tanggal 1 dan 15 imlek
- Sembahyang
besar pada hari hari kemuliaan, yakni: malam penutupan tahun, king thi
kong tanggal 8 menjelang 9 cia gwee, saat cap go meh, tang cik saat
tanggal 22 desember.
b. Kebaktian bagi nabi
- Peringatan hari lahir nabi konghucu pada tanggal 27-VIII lemlik
- Peringatan hari wafat nabi konghucu pada tanggal 18-II lemlik
- Peringatan hari genta Rohani pada tanggal 22 desember.
c. Kebaktian bagi para suci
- Hari twan yang jatuh pada tanggal 5-V lemlik
- Sembayang tiong chu pada tanggal 15-VIII lemlik
- Hari he gwan pada tanggal 15-X lemlik.
d. Sembahyang bagi para leluhur
- Sembahyang pada tanggal 1 dan 15 penanggalan bula.
- Hari wafatnya leluhur atau orang tua.
- Sembahyang tutup tahun.
- Sembahyang sadranan/ziarah
- Sembahyang arwah leluhur.
e. Kebaktian masyarakat
- Sembahyang arwah untuk umum, pada tanggal 29-VII lemlik.
- Hari persaudaraan atau hari kenaikan malaikat dapur tanggal 24- XII lemlik (pada hari hari itu diwajibkan berdana bagi fakir dan miskin).
- Seluruh
perbuatan lahir batin kita sepanjang hidup hendaknyadisadari sebagai
perbuatan kebaktian/ ibadah disebut dengan isitila hidup sepenuh hidup[10].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar