Oleh: Ws. Darmadi Slamet B. Sc.
(Bagian Pertama)
Tembok Raksasa Tiongkok, salah satu dari tujuh keajaiban dunia, dibangun oleh Kaisar Qin Shi Huang 秦始皇 pada
tahun 213 SM. Bangunan yang besar, kokoh, dan megah tersebut bertahan
hingga kini, dan setiap harinya dikunjungi oleh ratusan ribu wisatawan.
Siapakah Qin Shi Huang?
Negeri Qin 秦, semenjak diperintah oleh Raja Muda Qin Zhao Xiang Wang 秦昭襄王
(306 SM – 251 SM), menjadi semakin jaya. Selain mampu menaklukkan
suku-suku minoritas di wilayah barat, juga mampu memperluas wilayah
kekuasaan ke arah timur dan selatan. Guna menjalin persahabatan dan
memperbesar pengaruh dan wilayah kekuasaan, maka usaha diplomatik pun
dijalankan dengan mengirimkan cucunya sebagai jaminan di Negeri Zhao 赵.
Cucu Raja Muda Qin adalah putera dari Selir Putra Mahkota An Guo Jun 安国君. Sedangkan Istri Sah Putra Mahkota, Hua Yang Fu Ren 华阳夫人,
tidak memiliki anak. Anak dari Selir Putra Mahkota tidak memiliki
status dan kedudukan, apalagi ibunya telah meninggal dunia, sehingga
dijadikan jaminan di Negeri Zhao. Ia tidak memiliki nama, gelar, maupun
kehormatan, hanya dengan panggilan Yi Ren 异人(artinya orang asing).
Saat Raja Muda Negeri Qin menyerang wilayah Negeri Zhao, Raja Muda Negeri Zhao, Zhao Xiao Cheng Wang 赵孝成王 (Tahun
265 SM – 245 SM) menjadi sangat murka. Karena Negeri Qin menghianati
kesepakatan damai yang telah terjalin. Maka diperintahkan mengeksekusi,
menjatuhkan hukuman pancung, terhadap Yi Ren. Oleh para Pejabat Istana
Negeri Zhao dinasehati bahwa Yi Ren bukanlah orang penting, sehingga
tidak bermanfaat, apalagi bila eksekusi dijalankan, akan mendatangkan
akibat buruk sebagai alasan kuat Negeri Qin untuk menyerbu. Maka oleh
Raja Muda Negeri Zhao, Yi Ren diusir dari wisma negara, ditempatkan di
wisma umum, dan segala fasilitas tunjangan dihapus, termasuk pula
kendaraan dan para pelayan, sehingga ia kemana-mana harus jalan kaki,
dan melakukan pekerjaan tugas sehari-hari di wisma umum yang diawasi
oleh Pembesar Gong Sun Qian 公孙乾.
Saat itu terdapat Saudagar Muda Lu Bu Wei 呂不韦, yang ikut ayahnya berdagang berkeliling ke berbagai negeri. Saat berada di Han Dan 邯郸,
suatu hari secara kebetulan berpapasan dengan Yi Ren di jalan, nampak
muka yang bersih, kulit halus, walaupun dengan pakaian dan penampilan
yang sederhana, tidak hilang aura dan sikap kebangsaannya. Lu Bu Wei
jadi penasaran dan bertanya kepada penduduk sekitar, “Siapakah
gerangan?” Oleh penduduk sekitar diberitahu bahwa itu adalah Cucu
Baginda Raja Muda Qin, sebagai jaminan di Negeri Zhao, yang kini
ditempatkan di wisma umum menjalani kehidupan sehari-hari sebagai rakyat
jelata.
Lu
Bu Wei berpikir dalam hati, inilah barang langka yang berharga, karena
sebagai pedagang keliling antar negeri, Lu Bu Wei jelas tahu situasi
politik dan ekonomi tiap negeri. Maka ia pun bertanya kepada ayahnya,
“Berapa keuntungan yang akan diperoleh bila investasi di bidang
pertanian?” Oleh sang ayah dijawab, “Paling-paling sepuluh kali lipat.
“Kalau jual beli batu permata?” Dijawab, “Bisa mencapai seratus kali
lipat”. “Bagaimana kalau melakukan investasi pada seseorang agar dapat
jadi raja yang kelak menguasai dunia?” Ayahnya jadi tertawa dan berkata,
“Itulah bagaikan mimpi, tetapi kalau berhasil, maka keuntungannya
adalah berjuta-juta kali lipat, tidak dapat diperkirakan”.
Maka
Lu Bu Wei pun mulai menjalankan rencana investasi jangka panjang. Ia
tidak segan-segan menghamburkan banyak uang guna menjalin persahabatan
dengan Pembesar Gong Sun Qian. Setelah akrab, maka ia sering berkunjung
ke wisma umum tempat Gong Sun Qian. Saat berjumpa Yi Ren, Lu Bu Wei
pura-pura tidak kenal, dan bertanya kepada Gong Sun Qian perihal Yi Ren.
Oleh Gong Sun Qian dijelaskan asal-usul riwayat Yi Ren.
Maka
suatu ketika, saat ada perjamuan di wisma umum, Lu Bu Wei mengusulkan
agar Yi Ren juga diajak ikut serta, karena bukan orang lain. Saat Gong
Sun Qian permisi ke belakang, Lu Bu Wei mendekati Yi Ren dan berkata,
“Baginda Kakek Raja sekarang sudah tua. Sedangkan Istri Putra Mahkota,
Hua Yang Fu Ren, tidak punya anak. Selir-selir Putra Mahkota memiliki
anak 20 orang lebih, tetapi tidak ada yang diistimewakan. Mengapa Paduka
tidak kembali ke Negeri Qin dan mengabdi kepada Istri Putra Mahkota?
Agar kelak memperoleh kesempatan diangkat sebagai Putera Mahkota dan
jadi Raja”. Yi Ren dengan haru berkata, “Bagaimana saya dapat berharap
yang terlalu tinggi? Sementara saat ini saya menjalani status sebagai
seorang buangan atau tawanan di negeri orang. Saya sangat ingin kembali
ke Negeri Qin, tetapi bagaimana mungkin saya bisa melepaskan diri?” Lu
Bu Wei pun berkata, “Bila Paduka berkenan, maka hamba akan melakukan
perjalanan ke Barat (menuju Negeri Qin), untuk melakukan pendekatan
kepada Putra Mahkota dan istrinya, agar menyelamatkan Paduka kembali ke
Negeri Qin”. Yi Ren pun menjawab dengan terharu, “Bila usaha Tuan
membawakan hasil, sehingga kelak saya memperoleh kedudukan, budi luhur
Tuan tidak akan saya lupakan. Saya akan membagi kekuasaan Negeri Qin
dengan Tuan”. Saat pembicaraan selesai, muncullah Pembesar Gong Sun Qin
dari belakang. Dengan penasaran ia bertanya, “Apa saja yang
dibicarakan?”, Karena baru kenal kok sudah akrab sekali. Lu Bu Wei pun
menjawab bahwa ia ingin mengajak Yi Ren melakukan perdagangan batu
permata, tetapi ternyata Yi Ren tidak tahu perihal harga dan kondisi
batu permata di Negeri Qin. Pembesar Gong Sun Qian pun tidak menaruh
prasangka apa-apa.
Sejak
itu, Lu Bu Wei jadi makin sering berkunjung, dan memberikan uang saku
500 tael emas kepada Yi Ren, untuk mentraktir dan mengambil hati para
bawahan Gong Sun Qian. Semua jadi senang bagaikan keluarga sendiri. Lu
Bu Wei juga mengeluarkan uang untuk membeli permata, barang-barang
souvenir, dan sulaman indah, kemudian berangkat ke Negeri Qin.
Pertama-tama
yang dituju adalah Kakak Kandung Istri Putra Mahkota (Hua Yang Fu Ren),
agar dapat mengantar dan menjumpai Hua Yang Fu Ren, dengan mengaku
sebagai utusan Yi Ren yang tertahan di Negeri Zhou, yang sangat
merindukan kampung halaman, dan ingin kembali ke Negeri Qin, guna
berbakti kepada Putra Mahkota dan Hua Yang Fu Ren, karena ibu kandungnya
telah meninggal, dalam hatinya Hua Yang Fu Ren-lah ibu kandungnya.
Situasi politik di Negeri Zhao sedang kacau. Raja Muda Negeri Zhao
acapkali hendak membunuh Yi Ren, karena Negeri Qin menyerang wilayah
Negeri Zhao, untunglah hal ini selalu berhasil dicegah oleh Pembesar dan
Pejabat Istana Negeri Zhao.
Kakak
Hua Yang Fu Ren jadi penasaran dan bertanya mengapa para pembesar dan
pejabat istana banyak yang melindungi Yi Ren. Lu Bu Wei pun tidak
menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Diceritakan bahwa Yi Ren adalah
seorang putera yang berbakti. Setiap ulang tahun Putra Mahkota dan
Istrinya, Hua Yang Fu Ren, tiap bulan baru dan bulan purnama, Yi Ren
selalu berpuasa, membersihkan diri, berpakaian lengkap, menghaturkan
sesajian ke arah Barat (arah Negeri Qin), menyampaikan doa dan
penghormatan, agar orang tuanya memperoleh berkah dan karunia dari Tuhan
Yang Maha Esa. Hanya itu yang bisa dilakukan, karena terpisah oleh
jarak, tidak dapat melakukan bakti dari jarak dekat. Disamping itu juga
rajin belajar, bergaul dengan cendekiawan dan orang bijaksana dari empat
penjuru negeri. “Sikap bijak dan berbakti telah tersohor di Negeri
Zhao. Dan kali ini mengutus hamba guna menyampaikan persembahan”. Oleh
Hua Yang Fu Ren diterima dengan senang hati.
Pada
kesempatan berikutnya, Lu Bu Wei pun menjumpai Kakak Hua Yang Fu Ren
dan berbincang-bincang bahwa bila kelak Putera Mahkota jadi Raja dan Hua
Yang Fu Ren jadi Permaisuri, tetapi kelak tidak dapat jadi Ibu Suri,
karena tidak punya anak. “Bila anak Selir yang jadi Putra Mahkota,
bukankah kedudukan Hua Yang Fu Ren akan tergeser?” Hal tersebut
disampaikan dan Hua Yang Fu Ren jadi tertegun. Maka Putera Mahkota An
Guo Jun pun setuju agar Hua Yang Fu Ren mengangkat Yi Ren sebagai putera
angkat, dan sekaligus sebagai Calon Putera Mahkota, pengganti An Guo
Jun.
Maka
An Guo Jun pun mohon kepada Ayahanda Baginda Raja Muda Qin Zhao Xiang
Wang agar memanggil pulang puteranya, Yi Ren, dari Negeri Zhao. Tetapi
permohonan tidak dikabulkan. Lu Bu Wei pun tidak kehabisan akal dengan
melakukan berbagai pendekatan di lingkungan istana, yang mana akhirnya
Permaisuri memberikan bingkisan pakaian dan perbekalan, agar Lu Bu Wei
dapat mengembalikan Yi Ren ke Negeri Qin. Lu Bu Wei pun kembali ke
Negeri Zhao dengan membawa kabar yang menggembirakan, dimana Yi Ren
diangkat sebagai Putera Pewaris dan Lu Bu Wei diangkat sebagai Guru
Putra Pewaris.
Pada suatu kesempatan, Lu Bu Wei memperoleh seorang penari cantik dari Kota Han Dan, dengan panggilan Zhao Ji 赵姬 (Gadis
Negeri Zhao), yang dijadikan selir. Saat Lu Bu Wei mengetahui bahwa
Zhao Ji telah hamil 2 bulan, maka disusunlah tipu muslihat dan rencana
baru dengan cara menikahkan Zhao Ji dengan Yi Ren. Dengan demikian, Zhao
Ji akan melahirkan seorang putera yang kelak akan meneruskan tahta.
Maka kekuasaan Keluarga Ying 嬴
(garis keturunan Raja Muda Negeri Qin) akan berakhir, dan diambil alih
oleh Keluarga Lu. Tak sia-sia melakukan pengorbanan besar harta benda.
Maka
diaturlah kesempatan dalam suatu perjamuan di rumah tempat kediaman Lu
Bu Wei, dengan acara pentas tari-tarian. Pada puncak acara, Lu Bu Wei
yang mengundang Pembesar Gong Sun Qian dan Yi Ren memperkenalkan Zhao Ji
yang keluar menemui kedua tamu kehormatan. Pertama-tama dilakukan
suguhan arak. Ketika menghampiri Yi Ren, Zhao Ji dengan senyuman menawan
dan lirikan genit, nampak tersipu-sipu menyapa Yi Ren, kemudian
mempersembahkan tarian yang indah, sehingga Yi Ren maupun Pembesar Gong
Sun Qian jadi terbelalak berdecak kagum. Apalagi Yi Ren, ia terpaku
bagaikan kehilangan sukma. Usai melakukan beberapa tarian, Zhao Ji
sekali lagi menghampiri Yi Ren dan menebarkan senyum memikat,
mempersembahkan arak, dan pamit ke belakang. Yi Ren pun mengungkapkan
isi hati bahwa selama ini hidupnya terlantar dan kesepian di wisma umum,
ingin mempersunting Zhao Ji untuk dijadikan istri.
Malam harinya Lu Bu Wei berbicara dengan Zhao Ji, bahwa Cucu Baginda Raja Muda telah jatuh hati kepada Zhao Ji, dan ingin memperistri
Zhao Ji. Zhao Ji dengan kebimbangan menjawab, “Hamba telah serahkan
hidup kepada Tuan, apalagi hamba kini telah mengandung 2 bulan.
Bagaimana Tuan sampai hati mengorbankan kasih sayang dan darah daging
Tuan sendiri?” Lu Bu Wei pun menjawab dengan tenang, “Semua telah saya
pertimbangkan. Kalau Anda ikut saya seumur hidup paling-paling ya jadi
selir seorang pedagang, sedangkan bila Anda menikah dengan Cucu Baginda
Raja Muda yang kelak akan jadi Raja, maka saya harus menyebut Anda
dengan Paduka Ibu Permaisuri Yang Agung. Syukur bila anak kita terlahir
seorang putera yang kelak jadi Raja, bukankah kita akan jadi orang tua
raja, kaya mulia tak terhingga. Bila teringat kisah cinta kita yang
mendalam, hal ini tidak boleh terbocor keluar, kelak kita tetap sebagai
suami istri”. Zhao Ji pun berkata, “Bila ini telah menjadi keputusan
Tuan, bagaimana hamba berani menolak? Hamba akan menuruti kehendak
Tuan”.
Yi
Ren semenjak memperistri Zhao Ji, hidup bagaikan di surga, setiap hari
ditemani oleh istri yang cantik, tidak lagi murung, sedih memikirkan
nasibnya. Apalagi sebulan kemudian Zhao Ji mengabarkan bahwa dirinya
telah mengandung, Yi Ren makin bahagia. Zhao Ji saat menikah dengan Yi
Ren, usia kandungannya telah 2 bulan, 8 bulan kemudian saat kelahiran
bayi normal, ternyata tidak ada tanda-tanda akan melahirkan, usia
kandungan bertahan hingga 12 bulan. Pada saat Raja Muda Qin Zhao Xiang
Wang memerintah tahun ke-48, atau Raja Dinasti Zhou, Zhou Nan Wang 周赧王,
memerintah tahun ke-56 (Tahun 259 SM), bulan pertama lahirlah seorang
putera yang sehat. Karena lahir pada bulan pertama, yang kelak memegang
tampuk pemerintahan, maka diberi nama Zhao Zheng 赵政, dengan mengambil marga ibunya, Zhao.
Qin
Zhao Xiang Wang pada tahun pemerintahan ke-50 saat Zhao Zheng berusia 3
tahun. Pasukan Qin telah mengurung Ibukota Negeri Zhao, Han Dan. Lu Bu
Wei melihat gelagat yang tidak baik, bakal kacau karena adanya
peperangan, maka dikeluarkan uang 300 tael emas guna menyogok Penjaga
Pintu Kota Selatan. Dengan alasan rindu kampung halaman dan karena
keadaan peperangan tidak dapat berdagang, ingin segera pulang kampung.
Demikian pula 300 tael emas dipersembahkan kepada Pembesar Gong Sun
Qian, agar bantu mengatur dirinya keluar dari Han Dan. Para penjaga
telah terima pemberian Lu Bu Wei, semuanya gembira. Lu Bu Wei telah
menempatkan Zhao Ji dan puteranya di luar kota. Malam harinya menjamu
Gong Sun Qian mengucapkan terima kasih karena besok lusa akan pamit
pulang kampung. Hidangan yang lezat dan arak yang harum, disertai
suasana yang meriah, membuat Pembesar Gong Sun Qian dan pengikutnya
kenyang, mabuk hingga tertidur. Diam-diam Lu Bu Wei telah menyiapkan
kereta dengan tiga orang pengikut. Salah satunya adalah Yi Ren yang
menyamar sebagai pelayan Lu Bu Wei. Lu Bu Wei keluar Han Dan melalui
pintu selatan, sedangkan gerbang barat telah digempur oleh Tentara Qin.
Dengan menjemput Zhao Ji dan anaknya, dan ambil jalan memutar, sampailah
ke markas Tentara Qin.
Ketika
ditangkap Tentara Qin, Lu Bu Wei dengan tenang menjawab bahwa inilah
rombongan Cucu Baginda Raja Qin, kemudian diantar ke Xian Yang 咸阳.
Putera Mahkota An Guo Jun dan Hua Yang Fu Ren jadi sangat gembira. Maka
Yi Ren pun diangkat sebagai Putera Pewaris, dan diberi nama Zi Chu 子楚.
Lu Bu Wei selain sebagai Guru Putera Pewaris, juga diangkat sebagai
Pembesar Negeri Qin, dan memperoleh tanah sawah 200 petak, rumah besar,
dan tunjangan 50 tael emas.
Saat
Qin Zhao Xiang Wang pada tahun pemerintahan ke-52 (tahun 255 SM),
Pasukan Qin berhasil menyerbu dan menduduki Ibukota Negara Zhou, Luo
Yang 雒阳, maka runtuhlah Dinasti Zhou. Selanjutnya Qin yang mengambil alih kekuasaan sebagai Negeri yang paling kuat dan berkuasa.
Empat
tahun kemudian, Qin Zhao Xiang Wang pada pemerintahan tahun ke-56
(tahun 251 SM) mangkat, dan Putera Mahkota An Guo Jun naik tahta dengan
gelar Qin Xiao Wen Wang 秦孝文王,
namun hanya bertahan satu tahun. Seusai melepas masa berkabung, tiga
hari kemudian mangkat. Banyak orang mencurigai perbuatan Lu Bu Wei yang
telah mengatur siasat atau strategi agar Zi Chu cepat naik tahta.
Dan Zhao Ji pun jadi Permaisuri, Zhao Zheng diangkat sebagai Putera Mahkota. Marganya pun dirubah menjadi Ying Zheng 嬴政. Zi Chu (tadinya disebut Yi Ren) setelah naik tahta bergelar Qin Zhuang Xiang Wang 秦庄襄王.
Sesuai dengan janji yang telah diucapkan saat masih berstatus sebagai
orang terlantar, Yi Ren, maka Lu Bu Wei pun diangkat sebagai Perdana
Menteri. Qin Zhuang Xiang Wang hanya bertahan 3 tahun. Suatu hari raja
sakit, maka Lu Bu Wei pun mendekati tabib istana. Raja sakit selama
sebulan dan mangkat pada tahun 246 SM.
Puteranya,
Ying Zheng, pun naik tahta (tahun 246 SM – 210 SM) pada usia 13 tahun.
Selama 9 tahun pertama, pemerintahan dikendalikan oleh Ibu Suri dan
Perdana Menteri Lu Bu Wei. Pada tahun pemerintahan ke-10 hingga tahun
ke-26 (tahun 238 SM – 221 SM) berhasil mengalahkan dan menguasai keenam
negara lain dan mengangkat dirinya sebagai Qin Shi Huang 秦始皇.
Ying
Zheng pada tahun pemerintahan ke-9, nampaklah bintang berekor di
seluruh Negeri Qin. Oleh ahli diramalkan bakal ada pergolakan politik.
Benar juga, karena saat itu Ying Zheng telah berusia 22 tahun dan telah
dapat mengambil keputusan dan memimpin. Setelah selesai upacara
pengenaan topi dan menerima pedang pusaka, dilanjutkan dengan pesta,
saat itulah terdengar kabar perselingkuhan Ibu Suri dengan Lu Bu Wei.
Maka selaku Raja yang berkuasa, Ying Zheng diam-diam menyelidiki
kebenaran kabar burung tersebut. Setelah cukup bukti, maka Lu Bu Wei pun
dicopot dari jabatan Perdana Menteri.
Berita
tersebut dengan cepat tersebar ke empat penjuru negeri. Banyak
negeri-negeri yang ingin memanfaatkan kepiawaian dari Lu Bu Wei untuk
mengatasi Negeri Qin. Hal tersebut meresahkan Ying Zheng. Maka ia pun
menurunkan keputusan bahwa Lu Bu Wei dilarang pulang kampung atau pergi
kemanapun. Atas jasanya diberikan satu kota, yaitu Kota Pi 郫,
untuk melewatkan masa tuanya. Dalam titahnya Ying Zheng menyebutkan,
“Apa jasa Anda sehingga diberi kuasa 100.000 keluarga? Apa hubungan
darah dan kerabat sehingga anda disebut Bapak Negara? Sesungguhnya Qin
telah bermurah hati. Anda tidak insaf, masih menjalankan hubungan dengan
utusan negeri asing. Biarlah Anda hidup tua di Kota Pi”.
Lu
Bu Wei membaca surat raja jadi amat marah, “Saya telah mengorbankan
seluruh harta untuk mengangkat Raja terdahulu, apakah itu kurang
berjasa? Permaisuri melayani saya lebih dahulu hingga mengandung, Raja
adalah keturunan saya, bagaimana bisa dikatakan tidak ada hubungan
darah? Raja sungguh tidak berperasaan”. Kemudian dengan menghela napas
panjang berkata, “Saya sebagai seorang putera pedagang, memperoleh
keuntungan dari usaha jual-beli. Karena kerakusan ingin mendambakan
keuntungan besar, menjalankan siasat licik untuk memperoleh negara,
selingkuh dengan istri orang lain, membunuh penguasa, memutuskan tali
sembahyang penghormatan kepada leluhur. Tuhan tak akan mengampuni
dosa-dosa saya. Sekarang mati pun telah terlambat”. Maka selanjutnya Lu
Bu Wei bunuh diri dengan jalan minum arak beracun.
bersambung.........
Riwayat Qin Shi Huang 秦始皇
Oleh: Ws. Darmadi Slamet B. Sc.
(Bagian Kedua)
Setelah Ying Zheng 嬴政 menyingkirkan Lu Bu Wei 呂不韦,
dan Lu Bu Wei bunuh diri, oleh para pengikut yang setia, jenasah Lu Bu
Wei dimakamkan di tempat rahasia. Ying Zheng jadi penasaran karena tidak
menemukan jasad Lu Bu Wei. Maka Raja bertitah kepada semua pengikut Lu
Bu Wei agar dalam waktu 3 hari segera meninggalkan Negeri Qin 秦.
Bila masih kedapatan di Negeri Qin, akan dijatuhi hukuman mati. Maka
bagi yang merasa ada kaitan dengan Lu Bu Wei akan diam-diam melarikan
diri.
Salah seorang pengikut Lu Bu Wei bernama Li Si 李斯. Ia adalah murid dari Xun Zi 荀子
yang terkenal sebagai ahli hukum dan pemerintahan. Ia mengirimkan
petisi kepada Raja Ying Zheng yang mengatakan bahwa bila Raja Qin
meremehkan kekuatan dan kemampuan para Bijaksana dan mengusir mereka,
maka adalah kesalahan dan kerugian besar bagi Negara Qin, karena mereka
akan dimanfaatkan oleh negeri lain. Raja Ying Zheng jadi tertarik dan
memanggil Li Si. Setelah melalui tatap muka dan perbincangan, maka Li Si
diangkat sebagai Perdana Menteri.
Maka
Li Si yang tadinya seorang Umat Agama Khonghucu yang brilian, cerdas,
dan memiliki kemampuan dan pengetahuan yang luas perihal pemerintahan,
sekejap berubah menjadi iblis yang haus kedudukan dan kekuasaan,
menghalalkan segala cara guna memperoleh apa yang didambakan (yang
justru akhirnya memaksa dirinya untuk bunuh diri).
Atas
saran dan pendapat Li Si, maka Raja Ying Zheng dalam waktu 17 tahun
(tahun 238 SM – 221 SM), dengan taktik dan tipu muslihat berhasil
mengalahkan keenam negeri lain, dan membentuk negara kesatuan, dengan
berdirinya Dinasti Qin sebagai imperium pertama di dunia, dengan sistim
pemerintahan sentralisasi pada pemerintahan pusat. Menghapuskan sistim
hirarki kekuasaan dan feodalisme yang ada, dan diganti dengan sistim
sentralisasi dengan membagi wilayah kekuasaan menjadi 36 wilayah
distrik, dimana masing-masing wilayah dikepalai gubernur yang tunduk
pada sistim pemerintahan pusat.
Selain
itu, karena takut posisi dan kedudukannya tersingkir atau digantikan
oleh orang lain, maka Li Si pun ingkar dari Jalan Suci dengan membunuh
banyak orang. Salah satunya adalah saudara seperguruan yang bernama Han
Fei Zi 韩非子. Han
Fei Zi pada tahun 231 SM ke Negeri Qin, ingin menjadikan Negeri Qin
yang jaya serta mengasihi rakyat. Tetapi karena Han Fei Zi dianggap
sebagai pesaing yang mana justru akan membahayakan kedudukannya, maka
Han Fei Zi pun disingkirkan. Namun justru masa keruntuhan Dinasti Qin
akan segera tiba karena ulah tingkah Li Si, yang walaupun secara
cepat sukses memperoleh kekuasaan, akan tetapi ingkar dari jalan suci,
sehingga justru mempercepat keruntuhan Dinasti Qin.
Pada tahun pemerintahan Raja Ying Zheng ke-20 (tahun 227 SM), Raja Negeri Yan 燕 mengutus Jing Ke 荆轲
untuk mempersembahkan peta wilayah kekuasaan Negeri Yan, sebagai tanda
takluk kepada Negeri Qin. Sesungguhnya Jing Ke adalah pembunuh yang
dibekali oleh belati baja ampuh. Saat itu Raja Ying Zheng lari
terbirit-birit menghindari serangan dari pembunuh, sementara pedang
panjang yang dikenakannya sukar dicabut dari sarungnya. Berkat nasehat
seorang abda dalam yang bernama Zhao Gao 赵高,
yang berteriak, “Raja, cabut pedang dari belakang”, maka Raja Ying
Zheng pun berhasil menghunus pedang dan membunuh Jing Ke. Atas jasanya
yang menasehati Raja Ying Zheng, maka Zhao Gao pun diangkat sebagai
Kasim yang sangat dekat dengan Raja.
Saat Raja Ying Zheng berhasil menaklukkan Negeri Zhao 赵 dan mengadakan perayaan pesta kemenangan di istana Negeri Zhao, terdapat seorang penari cantik yang bernama Hu Ji 胡姬 (Gadis
Hu). Dengan keindahan tarian dan merdunya suara nyanyian Hu Ji, Raja
Ying Zheng jadi tergoda. Selanjutnya Hu Ji diangkat selir dan melahirkan
anak Hu Hai 胡亥 (yang kelak menjabat kaisar dengan gelar Qin Er Shi 秦二世).
Raja Ying Zheng pada pemerintahan tahun ke-26 (tahun 221 SM) memimpin pasukan memasuki ibukota negeri Qi 齐,
tanpa perlawanan yang berarti, maka Negeri Qi pun jatuh. Dengan
demikian Raja Ying Zheng telah berhasil menundukkan keenam negeri yang
lain, dan menyatukan semua wilayah kekuasaan ke Negeri Qin. Selanjutnya
berdirilah Dinasti Qin (tahun 221 – 206 SM) dan mengangkat dirinya
sebagai Qin Shi Huang 秦始皇,
yang artinya Maharaja/Kaisar Pemula Dinasti Qin. Dengan harapan
keturunannya kelak dikemudian hari akan naik tahta bergelar Qin Er Shi 秦二世 (kaisar generasi kedua Qin), Qin San Shi 秦三世 (kaisar generasi ketiga Qin) dan seterusnya hingga ribuan generasi.
Qin
Shi Huang tidak menyadari bahwa kehancuran Dinasti Qin justru ditangan
orang-orang terdekatnya. Dikatakan dalam sejarah, kehancuran Dinasti Qin
disebabkan oleh tiga orang, yaitu Perdana Menteri Li Si, Kasim Zhao
Gao, dan Putera Kedua Hu Hai.
Sebagai
pimpinan tertinggi dari Negara Kesatuan, Qin Shi Huang
mengkonsentrasikan pasukan infantri dan kavaleri di Ibukota Xian Yang 咸阳.
Beliau juga mengumpulkan semua senjata dan peralatan perang, kemudian
dilebur menjadi 12 buah patung perunggu yang amat besar. Rakyat di rumah
tidak boleh memiliki senjata, termasuk pisau dapur. Setiap 5 keluarga
hanya boleh menggunakan pisau dapur umum yang diikat tali dan tergantung
di depan rumah. Qin Shi Huang juga menstandarisasikan unit mata uang,
satuan takaran, ukuran, dan timbangan. Ia juga menggali Kanal Ling dan
Kanal Zheng Guo, menghubungkan saluran air baik di utara maupun selatan,
membangun tembok raksasa dari Lin Tao di barat hingga Liao Dong di
timur. Hal ini dikarenakan sesuai dengan ramalan yang diperoleh. Karena
Qin Shi Huang sangat percaya kepada ramalan, agar memperoleh kesaktian
dan obat panjang umur, dikirimlah utusan ke berbagai daerah guna mencari
obat sakti panjang umur, hidup awet muda.
Pada tahun keenam setelah Dinasti Qin berdiri (tahun 216 SM), seorang pertapa bernama Lu Sheng 盧生 kembali dari pertapaan dan mengabarkan ramalan perihal runtuhnya Dinasti Qin di tangan Hu 胡.
Qin Shi Huang salah mengartikan isi ramalan tersebut. Dikiranya orang
Hu, suku bangsa normaden di wilayah utara. Maka diutuslah Jendral Meng
Tian 蒙恬 memimpin 300.000 pasukan, mengadakan ekspansi ke utara, termasuk wilayah Monggolia dan mengadakan pembunuhan massal.
Dan
pada tahun 213 SM membangun Tembok Raksasa. Atas prakarsa Li Si,
perdana menteri yang takut kedudukannya terancam, karena banyaknya
cendekiawan yang mengajukan petisi guna memperbaiki kehidupan rakyat dan
agar penguasa kembali menempuh Jalan Suci. Para cendekiawan dan kaum
terpelajar dianggap sebagai manusia yang tidak produktif, sehingga
banyak yang dihukum buang sebagai pekerja pembangunan Tembok Raksasa.
Kemudian diadakan pembakaran Kitab-kitab Suci Agama Ru (Khonghucu), yang
mana menimbulkan protes. Akhirnya 460 Cendekiawan Ru dikubur
hidup-hidup diluar Kota Xian Yang. Dalam sejarah dikenal sebagai
Pembakaran Kitab dan Penguburan Cendekiawan Ru (Khonghucu), Fen Shu Keng
Ru 焚书坑儒.
Untuk
mempublikasikan prestasi dan menunjukkan kekuasaannya, setiap dua
tahun, Kaisar Qin Shi Huang melakukan perjalanan inspeksi keliling
negeri, membangun prasasti-prasasti perjalanan, dimana diiringi oleh
para pejabat dan pengawal bersenjata lengkap. Tahun 210 SM bulan
ke-sepuluh, Kaisar Qin Shi Huang memimpin ribuan pejabat dan dikawal
pasukan lengkap meninggalkan Ibukota Xian Yang. Beliau melakukan
inspeksi keliling negeri untuk kelima kalinya. Dan kali ini tidak
kembali lagi. Karena Qin Shi Huang wafat di Sha Qiu 沙丘.
Dalam surat wasiat tertulis bahwa Putra Sulung Fu Su 扶苏
yang berhak menggantikannya. Tetapi Kasim Zhao Gao berkonspirasi dengan
Selir Kesayangan Baginda, Hu Ji, dan didukung Perdana Menteri Li Si,
memalsukan surat wasiat yang mengharuskan Putera Mahkota Fu Su dan
Jendral Meng Tian bunuh diri dan mengangkat Putra Kedua Hu Hai naik
tahta.
Hu
Hai naik tahta dengan gelar Qin Er Shi (Kaisar Generasi Kedua Dinasti
Qin). Ia adalah kaisar yang lalim dan bodoh, selain berusia muda, juga
tidak berpengetahuan, tidak berpendirian, dan tidak dapat mengambil
keputusan. Ia mempercayakan semua urusan negara kepada Li Si dan Zhao
Gao. Banyak menteri dan kerabat kerajaan terbunuh, tak terkecuali Li Si,
akhirnya disingkirkan dengan cara memaksanya bunuh diri.
Zhao
Gao semakin merajalela menguasai istana dan sekaligus pemerintahan.
Suatu hari Zhao Gao membawa seekor rusa dihadiahkan kepada Er Shi. Er
Shi dengan girang menyambut dan berkata rusa yang lucu, tetapi Zhao Gao
dengan wajah serius menegur Er Shi dan mengatakan bahwa ini bukanlah
rusa, melainkan kuda. Ketika ditanyakan kepada para menteri dan pejabat,
semua menjawab kuda. Zhao Gao pun nampak puas karena semua menteri dan
pejabat adalah “Yes Men” yang mendukung apa yang dikatakannya. Sementara
Qin Er Shi makin tidak berdaya. Dalam sejarah terkenal dengan sebutan
Zhi Lu Wei Ma 指鹿为马 (Menyebut rusa sebagai kuda).
Keadaan
di luar makin kacau, negeri-negeri yang pernah ditundukkan Qin Shi
Huang mulai mengadakan pemberontakan. Qin Er Shi hanya bertahta 3 tahun
(tahun 209 – 207 SM). Ia akhirnya dibunuh oleh orang-orang suruhan Zhao
Gao yang khawatir dirinya akan dilenyapkan karena tidak bertanggungjawab
dan mempermainkan kekuasaan.
Sebagai penggantinya diangkatlah keponakan Er Shi yang bernama Zi Ying 子嬰. Namun saat Zi Ying belum sempat naik tahta dan belum memiliki gelar, Ibukota Xian Yang telah diduduki oleh Liu Bang 刘邦. Selanjutnya Xiang Yu 項羽 memasuki Kota Xian Yang dan membunuh Zi Ying, serta membakar istana, api berkobar selama 3 bulan. Hancurlah Dinasti Qin.
----- selesai -----
Sumber : http://khongcubio.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar