MENJADI MENTERI KEHAKIMAN
Karena keberhasilan Nabi dalam musyawarah itu, beliau diangkat menjadi menteri Pekerjaan Umum, setahun kemudian ditingkatkan menjadi Menteri Kehakiman. Menurut tradisi negeri Lo, Menteri Kehakiman itu merangkap Perdana Menteri, maka Nabi
menjabat kedudukan tertinggi di bawah
Rajamuda Lo. Ketika menerima jabatan itu, dari wajahNya nampak
kegembiraan. Melihat itu, Cu Lo, murid yang sederhana, jujur dan berani
itu bertanya, "Murid mendengar, bahwa seorang Susilawan tidak takut
menghadapi bahaya dan tidak gembira dalam saat beruntung. Mengapa Guru
nampak gembira menerima kedudukan baru ini ?" Dengan tersenyum Nabi
bersabda, "Engkau benar, tetapi apakah kegembiraan menerima kedudukan
tinggi inipun tidak mempunyai arti ? Bukankah dalam kedudukan ini orang
dapat banyak mengabdi kepada sesamanya ?"
MENGADILI ANAK TAK BERBAKTI
Suatu hari, seorang ayah mengadukan anak laki-lakinya yang dituduh tidak berbakti. Nabi tanpa memeriksa perkara lebih dahulu segera menahan ayah dan anak itu, 3 bulan kemudian, ayah itu insaf bahwa iapun bersalah, maka ditariklah pengaduan dan melepaskannya. Kepala Keluarga Kwi tak senang dan berkata, "Menteri Kehakiman telah mengecewakan aku. Katanya, negeri harus diatur berdasar Laku Bakti, tetapi anak tidak berbakti ternyata dimerdekakan. Bagaimana mendidik rakyat berlaku Bakti ?" Nabi bersabda, "Pemerintah setelah meninggalkan Jalan Suci lalu membunuh orang bawahannya, itu tidak betul. Kepada seseorang yang belum diajarkan laku hormat, lalu diadukan perbuatan yang tidak menghormat, itu membunuh orang tidak bersalah. Kalau atasan telah laIai memberi pendidikan, kesalahan bawahan tidak dapat dibebankan di atas bahunya."
TIPU MUSLIHAT NEGERI CEE
Melihat kemajuan dan kesejahteraan negeri Lo, negeri Cee menjadi resah dan khawatir kalau-kalau Raja-muda Negeri Lo akan berhasil menjadi Rajamuda Pemimpin. Ada menteri yang berkata, "Dengan Nabi Khongcu sebagai perdana menteri, negeri Lo akan menjadi kuat, kita adalah negeri tetangga yang terdekat, maka akan pertama kali ditelan. Baiklah kita memelihara persahabatan dan , jangan lambat menyerahkan kembali tanah-tanahnya." Mereka mencari muslihat untuk meretakkan hubungan Nabi dengan rajamuda Lo. Dipilih 80 wanita cantik, dilatih menari, menyanyi,bermain musik, diberi pakaian serba mewah, disuruh berhias diri, diantarkan dengan 30 kereta yang masing-masing ditarik empat ekor kuda sebagai hadiah persahabatan negeri Cee kepada Rajamuda Lo (495 SM).
Nabi secara tegas telah mengingatkan Rajamuda Lo dan menghimbau untuk menolak pemberian itu.
NABI MENINGGALKAN NEGERI LO
Kepala Keluarga Kwi, Kwi Hwancu diam-diam dengan menyamar berkali-kali melihat hadiah itu dan tergerak untuk menerimanya. Kemudian membujuk Rajamuda Lo ikut menjenguk dan akhirnya berhari-hari bersenang-senang di sana. Mengetahui hal ini, Cu Lo berkata, "Sudah waktunya kita pergi Guru." Tetapi Nabi bersabda, "Saat ini Negeri Lo sedang menyiapkan sembahyang besar Kau (sembahyang besar kepada Tuhan Yang Maha Esa pada hari Tang Cik, 22 Desember), bila upacara dilaksanakan dengan benar, dan para pemangku dibagi barang bekas sajian, itu pertanda aku masih boleh tinggal. " Hadiah negeri Cee itu ternyata secara resmi diterima, tiga hari tidak ada sidang, upacara sembahyang tidak dilakukan sempurna oleh Rajamuda Lo, dan para pemangku tidak dibagi barang sajian. Maka saat itu pula Nabi diiringi para murid meninggalkan negeri Lo.
BERTEMU LAMCU
Di negeri Wee, kali ini Nabi berdiam di rumah Ki Pik Giok, seorang menteri negeri Wee yang berjiwa mulia yang sering dipuji Nabi (simak Lun Gi XIV : 25, XV : 7). Lamcu, permaisuri Rajamuda Wee Ling Konq, haus akan kekuasaan. Ketika mendengar Nabi datang di negeri Wee, ia mengirim utusan mengundang beliau dengan pesan, "Tiap Susilawan dari negeri lain yang datang melakukan kunjungan persahabatan dengan pangeran, pasti mengunjungi permaisurinya. Maka iapun ingin bertemu Guru". Mula-mula Nabi menolak, tapi terpaksa menerima. Lamcu menerima Nabi dari belakang tirai. Nabi naik ke ruang serambi menghadap Utara dan membongkokkan diri. Lamcu membalas membongkokkan diri dari balik tirai dan terdengar gemerincing hiasannya dari batu kumala. “Aku sesungguhnya tidak mau menjumpainya," sabda Nabi, "tetapi semuanya telah kulakukan menurut kesusilaan yang diadatkan."
Sumber : http://sius0909.blogspot.com
MENGADILI ANAK TAK BERBAKTI
Suatu hari, seorang ayah mengadukan anak laki-lakinya yang dituduh tidak berbakti. Nabi tanpa memeriksa perkara lebih dahulu segera menahan ayah dan anak itu, 3 bulan kemudian, ayah itu insaf bahwa iapun bersalah, maka ditariklah pengaduan dan melepaskannya. Kepala Keluarga Kwi tak senang dan berkata, "Menteri Kehakiman telah mengecewakan aku. Katanya, negeri harus diatur berdasar Laku Bakti, tetapi anak tidak berbakti ternyata dimerdekakan. Bagaimana mendidik rakyat berlaku Bakti ?" Nabi bersabda, "Pemerintah setelah meninggalkan Jalan Suci lalu membunuh orang bawahannya, itu tidak betul. Kepada seseorang yang belum diajarkan laku hormat, lalu diadukan perbuatan yang tidak menghormat, itu membunuh orang tidak bersalah. Kalau atasan telah laIai memberi pendidikan, kesalahan bawahan tidak dapat dibebankan di atas bahunya."
TIPU MUSLIHAT NEGERI CEE
Melihat kemajuan dan kesejahteraan negeri Lo, negeri Cee menjadi resah dan khawatir kalau-kalau Raja-muda Negeri Lo akan berhasil menjadi Rajamuda Pemimpin. Ada menteri yang berkata, "Dengan Nabi Khongcu sebagai perdana menteri, negeri Lo akan menjadi kuat, kita adalah negeri tetangga yang terdekat, maka akan pertama kali ditelan. Baiklah kita memelihara persahabatan dan , jangan lambat menyerahkan kembali tanah-tanahnya." Mereka mencari muslihat untuk meretakkan hubungan Nabi dengan rajamuda Lo. Dipilih 80 wanita cantik, dilatih menari, menyanyi,bermain musik, diberi pakaian serba mewah, disuruh berhias diri, diantarkan dengan 30 kereta yang masing-masing ditarik empat ekor kuda sebagai hadiah persahabatan negeri Cee kepada Rajamuda Lo (495 SM).
Nabi secara tegas telah mengingatkan Rajamuda Lo dan menghimbau untuk menolak pemberian itu.
NABI MENINGGALKAN NEGERI LO
Kepala Keluarga Kwi, Kwi Hwancu diam-diam dengan menyamar berkali-kali melihat hadiah itu dan tergerak untuk menerimanya. Kemudian membujuk Rajamuda Lo ikut menjenguk dan akhirnya berhari-hari bersenang-senang di sana. Mengetahui hal ini, Cu Lo berkata, "Sudah waktunya kita pergi Guru." Tetapi Nabi bersabda, "Saat ini Negeri Lo sedang menyiapkan sembahyang besar Kau (sembahyang besar kepada Tuhan Yang Maha Esa pada hari Tang Cik, 22 Desember), bila upacara dilaksanakan dengan benar, dan para pemangku dibagi barang bekas sajian, itu pertanda aku masih boleh tinggal. " Hadiah negeri Cee itu ternyata secara resmi diterima, tiga hari tidak ada sidang, upacara sembahyang tidak dilakukan sempurna oleh Rajamuda Lo, dan para pemangku tidak dibagi barang sajian. Maka saat itu pula Nabi diiringi para murid meninggalkan negeri Lo.
BERTEMU LAMCU
Di negeri Wee, kali ini Nabi berdiam di rumah Ki Pik Giok, seorang menteri negeri Wee yang berjiwa mulia yang sering dipuji Nabi (simak Lun Gi XIV : 25, XV : 7). Lamcu, permaisuri Rajamuda Wee Ling Konq, haus akan kekuasaan. Ketika mendengar Nabi datang di negeri Wee, ia mengirim utusan mengundang beliau dengan pesan, "Tiap Susilawan dari negeri lain yang datang melakukan kunjungan persahabatan dengan pangeran, pasti mengunjungi permaisurinya. Maka iapun ingin bertemu Guru". Mula-mula Nabi menolak, tapi terpaksa menerima. Lamcu menerima Nabi dari belakang tirai. Nabi naik ke ruang serambi menghadap Utara dan membongkokkan diri. Lamcu membalas membongkokkan diri dari balik tirai dan terdengar gemerincing hiasannya dari batu kumala. “Aku sesungguhnya tidak mau menjumpainya," sabda Nabi, "tetapi semuanya telah kulakukan menurut kesusilaan yang diadatkan."
Sumber : http://sius0909.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar