YANG HO LARI
Pada
tahun 502 SM Yang Ho melakukan pemberontakan lagi untuk merebut seluruh
kekuasaan di negeri Lo. Tetapi kali ini, kepala Keluarga Kwi, Bing, dan
Siok bersatu menghadapi dan
menumpas pemberontakan itu. Melalui
pertempuran sengit, akhirnya Yang Ho dan sekutunya dapat dilumpuhkan.
Yang Ho berhasil melarikan diri dan mohon suaka ke negeri Cee, sedang Kongsan Hut Jiau mengasingkan diri ke kota Pi dan tetap bertahan. Yang Ho membujuk Rajamuda Cee menyerbu negeri Lo, tetapi usaha ini gagal, bahkan Yang Ho diusir dari sana. Yang Ho lari menuju ke negeri Song, dan kemudian ke negeri Cien. Di sana ia diterima sebagai pejabat di dalam keluarga Thio, karena Kepala Keluarga
Yang Ho berhasil melarikan diri dan mohon suaka ke negeri Cee, sedang Kongsan Hut Jiau mengasingkan diri ke kota Pi dan tetap bertahan. Yang Ho membujuk Rajamuda Cee menyerbu negeri Lo, tetapi usaha ini gagal, bahkan Yang Ho diusir dari sana. Yang Ho lari menuju ke negeri Song, dan kemudian ke negeri Cien. Di sana ia diterima sebagai pejabat di dalam keluarga Thio, karena Kepala Keluarga
Thio
Kancu tertarik ambisi Yang Ho. Mendengar itu, Nabi bersabda kepada Cu
Lo, "Akan mengalami kekacauan keluarga Thio oleh kehadirannya.” Orang
demikian kemanapun akan menimbulkan petaka.
MENJADI GUBERNUR DAERAH TIONGTO
Nabi diminta Rajamuda Ting dari negeri Lo untuk memangku jabatan sebagai gubernur daerah Tiongto (500 SM). Setelah diterimanya jabatan itu, segera Nabi menyiapkan segala rencana dan pekerjaan untuk membereskan segala sesuatunya. Dikeluarkan peraturan mengenai jaminan perawatan bagi orang tua dan pemakaman yang baik bagi yang meninggal dunia. Nabi mendahulukan masalah ini karena pada jaman itu begitu banyak orang mengabaikan Agama. Dalam waktu yang relatif singkat dapat dibangunkan kesadaran moral yang tinggi, para karyawan melakukan pekerjaannya dengan baik, dalam perdagangan tidak ada penipuan, bahkan barang-barang yang jatuh di jalan tiada yang mengambilnya. Demikianlah daerah Tiongto menjadi daerah teladan.
RAJAMUDA LO TING KONG TERGERAK HATI
Nabi Khongcu dibantu murid-muridnya berhasil membina dan memajukan daerah Tiongto sebagai daerah teladan, pendidikan, pembangunan, kesejahteraan dengan pesat meningkat. Kesadaran moral dan mental menempuh Jalan Suci, menjunjung Kebajikan sangat nyata di dalam penghidupan rakyatnya. Hal ini terdengar pula oleh Rajamuda Lo Ting Kong dan tergeraklah hatinya untuk meninjau wilayah itu dari dekat. Maka suatu hari baginda menyempatkan diri berkunjung membuktikannya.
Baginda sangat kagum tentang hasil pembangunan itu, maka setelah bertemu Nabi, baginda bertanya apakah hal yang dapat dicapai di Tiongto itu dapat diluaskan ke seluruh negeri Lo. Nabi bersabda, “Bukan saja dapat berlaku bagi seluruh negeri Lo, bahkan seluruh duniapun dapat dibimbing dan dibawa menuju ke kehidupan yang adil, sejahtera dan bahagia itu."
MUSYAWARAH DI KIAP KOK
Genap Nabi Khongcu setahun menjabat sebagai Gubernur Tiongto, terjadi persoalan antara negeri Lo dengan Cee yang perlu segera diselesaikan. Maka ditetapkan akan diselenggarakan musyawarah di lembah yang bernama Kiap Kok. Dalam musyawarah itu akan dibicarakan masalah hubungan kedua negara yang mengalami keretakan akibat negeri Cee telah merampas beberapa daerah negeri Lo.
Di negeri Lo timbul persoalan tentang siapa yang akan diangkat sebagai menteri pendamping Rajamuda Lo Ting Kong dalam musyawarah itu. Ternyata Lo Ting Kong memutuskan mengangkat Nabi Khongcu sebagai menteri pendampingnya. Nabi menyarankan Rajamuda itu, "Ada tradisi para Rajamuda jaman dahulu, tiap urusan sipil, harus ada persiapan sipil. Maka bila mereka keluar ke daerah perbatasan, niscaya dikawal menteri kiri (sipil) maupun menteri kanan (militer).”
MELAWAN TUNTUTAN DENGAN PAKSA
Lagi mereka bermusyawarah, sekonyong-konyong muncul rombongan penari-penari suku Lai yang memang telah disiapkan orang negeri Cee untuk mengacau musyawarah dengan tari-tarian perang. Dalam suasana yang gaduh itu Rajamuda Negeri Lo hendak dipaksa memberi beberapa konsesi kepada negeri Cee. Melihat kecurangan itu, Nabi tanpa mengindahkan ketentuan upacara lagi, langsung naik ke panggung musyawarah itu. Kepada Rajamuda Cee King Kong diperingatkan agar tidak mengingkari risa-lah permusyawarahan ini. Karena malu atas perbuatan orang-orangnya, Rajamuda Cee menegaskan bahwa maksud permusyawarahan ini sekedar mengharap Rajamuda Lo bersedia membantu negeri Cee bila menghadapi kesulitan. Nabi menuntut dan disetujui, agar dalam perjanjian itu ditetapkan empat kota dan daerah Bun yang diduduki negeri Cee dikembalikan kepada negeri Lo.
MENJADI GUBERNUR DAERAH TIONGTO
Nabi diminta Rajamuda Ting dari negeri Lo untuk memangku jabatan sebagai gubernur daerah Tiongto (500 SM). Setelah diterimanya jabatan itu, segera Nabi menyiapkan segala rencana dan pekerjaan untuk membereskan segala sesuatunya. Dikeluarkan peraturan mengenai jaminan perawatan bagi orang tua dan pemakaman yang baik bagi yang meninggal dunia. Nabi mendahulukan masalah ini karena pada jaman itu begitu banyak orang mengabaikan Agama. Dalam waktu yang relatif singkat dapat dibangunkan kesadaran moral yang tinggi, para karyawan melakukan pekerjaannya dengan baik, dalam perdagangan tidak ada penipuan, bahkan barang-barang yang jatuh di jalan tiada yang mengambilnya. Demikianlah daerah Tiongto menjadi daerah teladan.
RAJAMUDA LO TING KONG TERGERAK HATI
Nabi Khongcu dibantu murid-muridnya berhasil membina dan memajukan daerah Tiongto sebagai daerah teladan, pendidikan, pembangunan, kesejahteraan dengan pesat meningkat. Kesadaran moral dan mental menempuh Jalan Suci, menjunjung Kebajikan sangat nyata di dalam penghidupan rakyatnya. Hal ini terdengar pula oleh Rajamuda Lo Ting Kong dan tergeraklah hatinya untuk meninjau wilayah itu dari dekat. Maka suatu hari baginda menyempatkan diri berkunjung membuktikannya.
Baginda sangat kagum tentang hasil pembangunan itu, maka setelah bertemu Nabi, baginda bertanya apakah hal yang dapat dicapai di Tiongto itu dapat diluaskan ke seluruh negeri Lo. Nabi bersabda, “Bukan saja dapat berlaku bagi seluruh negeri Lo, bahkan seluruh duniapun dapat dibimbing dan dibawa menuju ke kehidupan yang adil, sejahtera dan bahagia itu."
MUSYAWARAH DI KIAP KOK
Genap Nabi Khongcu setahun menjabat sebagai Gubernur Tiongto, terjadi persoalan antara negeri Lo dengan Cee yang perlu segera diselesaikan. Maka ditetapkan akan diselenggarakan musyawarah di lembah yang bernama Kiap Kok. Dalam musyawarah itu akan dibicarakan masalah hubungan kedua negara yang mengalami keretakan akibat negeri Cee telah merampas beberapa daerah negeri Lo.
Di negeri Lo timbul persoalan tentang siapa yang akan diangkat sebagai menteri pendamping Rajamuda Lo Ting Kong dalam musyawarah itu. Ternyata Lo Ting Kong memutuskan mengangkat Nabi Khongcu sebagai menteri pendampingnya. Nabi menyarankan Rajamuda itu, "Ada tradisi para Rajamuda jaman dahulu, tiap urusan sipil, harus ada persiapan sipil. Maka bila mereka keluar ke daerah perbatasan, niscaya dikawal menteri kiri (sipil) maupun menteri kanan (militer).”
MELAWAN TUNTUTAN DENGAN PAKSA
Lagi mereka bermusyawarah, sekonyong-konyong muncul rombongan penari-penari suku Lai yang memang telah disiapkan orang negeri Cee untuk mengacau musyawarah dengan tari-tarian perang. Dalam suasana yang gaduh itu Rajamuda Negeri Lo hendak dipaksa memberi beberapa konsesi kepada negeri Cee. Melihat kecurangan itu, Nabi tanpa mengindahkan ketentuan upacara lagi, langsung naik ke panggung musyawarah itu. Kepada Rajamuda Cee King Kong diperingatkan agar tidak mengingkari risa-lah permusyawarahan ini. Karena malu atas perbuatan orang-orangnya, Rajamuda Cee menegaskan bahwa maksud permusyawarahan ini sekedar mengharap Rajamuda Lo bersedia membantu negeri Cee bila menghadapi kesulitan. Nabi menuntut dan disetujui, agar dalam perjanjian itu ditetapkan empat kota dan daerah Bun yang diduduki negeri Cee dikembalikan kepada negeri Lo.
Sumber : http://sius0909.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar