Rangkuman ini menerangkan tentang budi pekerti seorang anak manusia ini, disusun berdasarkan pemikiran seorang filsuf dunia Kong Fu Zi (Khonghucu).
Budi pekerti ini akan memberikan tuntunan tentang tata cara berperilaku
dalam seluruh aspek kehidupan dan keseharian kita. Misalnya sebagai
anak kita harus berbakti dan patuh pada orang tua, hormat pada kakak,
sayang pada adik dan santun, lembut dalam bertutur kata.
Begitu
pula dalam bergaul di masyarakat luas, kita harus sangat berhati-hati
dan mawas diri, dalam pengertian, mampu mengendalikan cara berpikir,
cara berbuat, dan cara bertutur kata.
Selain itu, kita harus
mampu menjaga kebersamaan, jangan sampai mempertajam perbedaan. Tebarkan
kasih sayang antar sesama, menyenangkan dalam bergaul, dan mampu
belajar dengan tekun, meneladani orang-orang arif bijaksana serta selalu
menepati janji.
Bila keseluruhan aspek moral, budi pekerti,
akhlaq dan tata krama sudah dikuasai, berusahalah menambah dan
mempelajari ilmu lain yang lebih bermanfaat. Bagaimana seorang bisa
menjadi anak yang berbudi luhur dan memiliki dedikasi yang tinggi,?
Berikut ada beberapa materi yang disampaikan oleh Guru Besar Zhen Jin
Chang (台湾 “郑金昌” 老师) dan Chau Siang Siang (中国 “赵湘湘” 老师) kepada peserta
Penataran/ Seminar maupun Dialog di Jambi :
Bakti Pada Orang Tua ( menerima nasihat ) :
Dalam
hubungan antara anak dengan orang tua, rasa santun, hormat, patuh dan
berbakti, harus diutamakan. Bila orang tua memanggil harus segera di
jawab, jangan mengabaikannya, jangan acuh tak acuh.
Bila orang
tua menugaskan kita untuk melakukan sesuatu, segera laksanakan. Jangan
mencari-cari alasan untuk menundanya. Jangan malas, apalagi menolak
tugas itu. Bila orang tua memberi petunjuk dan nasihat, dengarkan dengan
seksama dan ikuti dengan perbuatan. Orang tua pasti akan mengajarkan
kita ilmu dan adab yang luhur, bersih dan lurus. Nasihat itu pasti akan
menyelamatkan kita dalam bergaul ditengah masyarakat luas. Oleh karena
itu, dengarkan nasihat itu dengan hormat, santun dan rasa kagum, lalu
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bila kita terlanjur
salah, khilaf dan keliru lalu ditegur atau dimarahi orang tua, jangan
membantah. Kita harus menerima teguran itu dengan lapang hati dan
berjanji pada beliau untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Jangan
buat orang tua bersedih hati melihat kelakukan kita yang salah tapi
tidak mau memperbaiki diri. Anak yang berbakti akan senang membaca
petunjuk ini, sementara anak durhaka tidak akan senang dan mungkin
marah.
Menyenangkan Hati Orang Tua :
Orang
tua sudah berbuat sangat banyak untuk kepentingan kita. Maka sangat
layaklah kiranya kalau kita berusaha membalasnya, dengan melayani
kebutuhan orang tua kita dengan seikhlas-ikhlasnya, sebaik-baiknya dan
sepenuh hati.
Ada 24 langkah berbakit bagi seorang anak,
dikisahkan seorang anak bernama Huang Xiang, yang sangat sayang pada
orang tuanya. Dia sangat memikirkan dan mengusahakan agar orang tuanya
selalu bisa tidur dengan nyenyak. Bila musim panas datang, dia segera
mengganti seprei dengan yang tipis, yang menyerap keringat dan yang
sejuk. Bila perlu, kipasi dulu tempat tidurnya sebelum beliau
menggunakannya. Sebaliknya bila musin dingin tiba, dia bergegas pula
mengganti sepreinya dengan yang lebih tebal dan hangat beberapa lapis.
Bila perlu dia menghangatkan dulu tempat tidur beliau dengan berbaring
diatasnya.
Contoh budi pekerti Huang Xiang ini perlu kita
teladani. Biasakanlah mencari dan memperhatikan orang tua kita terlebih
dahulu. Begitu kita bangun pagi sapa beliau dengan santun dan tanya apa
keperluan beliau. Begitu pula setiap pulang ke rumah dari perjalanan ke
suatu tempat, temui dulu beliau, sapa dengan santun dan tanya apa
keperluan beliau. Ceritakan apa pengalaman dan apa yang kita lihat
selama perjalanan itu, agar beliau tenang dan senang.
Setiap kita
hendak bepergian, harus pamit dan minta izin lebih dulu kepada beliau.
Beritahu kemana kita akan pergi dan apa tujuannya. Begitu pula setiap
kita pulang dari bepergian, sapa dulu beliau dan laporkan kejadian dalam
perjalanan kita tersebut.
Hal lain yang akan membahagiakan orang
tua adalah kemantapan kita dalam beraktivitas dan berkegiatan. Jangan
sampai kita seperti orang yang selalu gelisah, tidak berketetapan hati,
suka berganti-ganti pekerjaan, kegiatan dan profesi. Kemantapan dan
ketekunan kita dalam suatu kegiatan akan membawa kita semakin ahli dalam
kegiatan tersebut, dan hal itu akan semakin membahagiakan orang tua.
Jangan Mendahului Orang Tua :
Keberanian
menuntaskan sesuatu hal adalah suatu sifat yang dibutuhkan. Namun
proses untuk bisa menuntaskan sendiri itu sangatlah panjang dan harus
melalui latihan yang berulang kali. Pada masa kita masih perlu dibimbing
dan dididik orang tua, belajarlah lebih banyak cara mengambil keputusan
dari orang tua, sebelum mampu melakukannya sendiri.
Walaupun
untuk urusan sekecil apapun, jangan sembarangan mengambil keputusan.
Haruslah melapor, berdiskusi dan berkonsultasi terlebih dahulu dengan
orang tua. Bila kita terlalu mudah mengambil keputusan sendiri, banyak
kemungkinan akan melakukan kesalahan yang merugikan. Terlalu berani
berinisiatif tanpa konsultasi ini juga melanggar kodrat.
Orang
tua kita akan sangat khawatir akibat kesalahan kita dalam mengambil
keputusan atau inisiatif. Perbuatan ini jelas merupakan perbuatan yang
tidak berbakti. Walaupun kita sangat menyukai suatu benda yang bukan
milik kita,jangan sampai kita mengambilnya. Meskipun benda itu
kelihatannya kurang berharga, kalau belum menjadi milik kita, jangan
diambil dengan cara apapun juga.
Kalau ini dilakukan, maka orang
tua kita pasti akan merasa malu dan kecewa. Nama baik kita pun akan
tercela karenanya. Alkisah, ada seorang Jenderal yang terkenal bersih di
jaman Dinasti Jin bernama Tao Kan. Dia menjadi terkenal karena didikan
ibundanya yang disiplin dan keras. Pernah suatu kali, sewaktu Tao Kan
masih pegawai rendahan di pabrik pengolahan ikan, dia mengirimi sang
ibunda dengan sekaleng ikan asin yang sebenarnya milik negara. Ibundanya
marah dan mengembalikan kaleng itu kepada anaknya disertai sepotong
kata bijak yang mendidik. Sebagai pejabat kecil saja, kau sudah
mengambil barang milik negara. Ini perbuatan yang tidak terpuji.
Menyenangkan Orang Tua :
Barang-barang
yang disenangi orang tua harus kita siapkan. Perbuatan yang disenangi
orang tua harus kita lakukan dengan sebaik mungkin. Sebaliknya
barang-barang dan perbuatan-perbuatan yang tidak disenangi orang tua
harus kita jauhkan. Berusahalah merubah tingkah laku yang buruk.
Menjaga Kesehatan Jiwa Dan Raga :
Orang
tua akan sangat cemas dan khawatir bila kita sakit, terluka atau badan
kumuh dan tidak terawat. Oleh karena itu, kita harus menjaga kesehatan
jasmani, jangan sampai sakit, terkilir dan terluka.
Jangan sampai
kelalaian kita membuat orang tua kita cemas. Orang tua juga akan malu
apabila tingkah laku kita tidak baik. “ Zeng Zi berkata “ Rambut, kulit
dan badan ini berasal dari orang tua, karena itu tidak boleh sembarangan
dilukai atau disakiti sehingga perlu di jaga.
Adab Berbeda Pendapat Dengan Orang Tua :
Pada
dasarnya, orang tua menyayangi anaknya dengan sepenuh hatinya. Oleh
karena itulah kita harus berbakti dan perbuatan berbakti itu sebenarnya
tidaklah sulit. Yang kadang-kadang terasa sakit adalah bila kita berbeda
pendapat dengan orang tua kita. Suatu kali mungkin kita merasa orang
tua kita terlalu kolot, maka disinilah dibutuhkan kepatuhan seorang
anak. Bila terjadi keadaan seperti diatas, maka kita harus dengan lapang
dada mengikuti cara beliau itu dan tetap berbakti. Kita harus berusaha
memahami mengapa beliau begitu.
Beliau pasti sayang kita. Mungkin
ilmu dan pengalaman hidup kita yang belum mencukupi. Kita harus berani
melakukan introspeksi secara jujur lalu memperbaiki diri sehingga sesuai
dengan kehendak orang tua. Adab berbeda pendapat seperti ini sungguh
amat sulit, sehingga adab ini adalah adab terpuji yang harus dilatih
semua anak yang ingin berbakti.
Menghadapi Orang Tua Yang Tersalah :
Bagaimanapun
hebatnya orang tua kita adalah manusia biasa yang tidak luput dari
berbuat salah, keliru dan terlanjur. Bila sekali waktu beliau terlanjur
berbuat salah kita hrus tetap hormat pada beliau, memahami beliau dan
setahap demi setahap mengingatkan beliau.
Mengingatkan ini harus
dilakukan dengan santun, hati-hati, tulus dan perlahan-lahan dengan
tutur kata yang lembut, penuh kasih sayang dan sikap manis yang
menyenangkan. Bila pada tahap awal beliau belum bisa menerima koreksi
dan pendapat kita, maka kita tetap harus sabar dan penuh kesantunan
mencobanya lagi. Carilah hari lain di waktu hati beliau lebih santai dan
terbuka, coba dan coba lagi. Walau sampai keluar air mata saking
sedihnya, tetaplah bermohon pada beliau untuk berubah sikap.
Walau
mungkin beliau sampai terlupa lalu memukul kita, jangan menyesal dan
putus asa. Selalulah tetap mencoba. Kalau beliau dibiarkan terbiasa
berbuat salah yang berulang-ulang, bisa merugikan kita semua.
Mengurusi Orang Tua Sakit Sampai Meninggal :
Orang
tua kita dalam mengurusi kita, kadang-kadang sampai melupakan kebutuhan
dan kesehatannya sendiri. Kadang-kadang kita mendapati beliau sakit.
Beliau butuh perhatian dan kasih sayang anaknya yang tulus dan
sungguh-sungguh. Kita harus mengerahkan daya upaya dan dana kita untuk
mengobati beliau. Kita harus menjaga beliau dengan baik, menyelimuti
jangan sampai kedinginan, menyuapi beliau jangan sampai kurang asupan
gizi, mengurut beliau, membelai beliau dan menunjukkan kasih sayang
kita.
Bila ternyata penyakit beliau bertambah parah, harus
ditambah pula perhatian dan kasih sayang kita. Jangan tinggalkan beliau
barang sekejap pun. Pagi, petang, siang dan malam urus kebutuhan beliau
dan jaga beliau dengan baik.
Bila akhirnya beliau dipanggil Yang
Maha Kuasa, tunjukkan kesedihan dan kedukaan yang mendalam secara
bersungguh-sungguh, bukan dibuat-buat dan pura-pura. Kehilangan beliau
adalah kehilangan penerang hidup kita sehingga kita benar-benar berduka.
Selama masa berduka atau berkabung itu, kita hrus mengatur semua
tingkah laku dan cara bicara kita. Janganlah segala kebaikan dan kasih
sayang serta pengorbanan yang telah beliau berikan kepada kita, yang
tanpa pamrih dan tanpa mengharap balas jasa, kita abaikan begitu saja.
Berterima
kasihlah kepada beliau dan tetaplah mengingat jasa dan kebaikan beliau.
Oleh karena itulah, dalam masa berkabung itu kita harus meninggalkan
kebiasaan bersenang-senang, jangan meminum minuman yang memabukkan dan
bahkan jangan makan makanan yang mewah dan berlebihan. Dahulu kala, masa
berkabung ini bahkan sampai tiga tahun.
Upacara penghormatan
jenazah orang tua kita yang telah wafat pun harus dengan mengikuti
kaidah yang logis. Jangan sampai berlebih-lebihan melebihi kemampuan
kita yang wajar. Jangan sampai demi gengsi, dihamburkan dana secara
berlebihan. Adalah kebiasaan yang salah bila dalam penyelenggaraan
jenazah inikita pamer keberadaan keuangan kita dengan membuang uang
secara percuma. Cara ini hanyalah menonjolkan kesombongan keuangan kita
untuk menutupi sikap yang sebelumnya kurang berbakti pada orang tua.
Sebaliknya
tidak boleh pula dilaksanakan dengan sembarangan saja. Prosesi
penghormatan jenazahnya harus dilakukan dengan khidmat dan sepenuh hati
serta tetap menaruh hormat, sama seperti hormatnya kita sewaktu beliau
masih hidup.
Mengenai Hubungan Saudara-Saudara / Kasih Sayang Dengan Saudara :
Sesama
saudara haruslah saling menyayangi. Sebagai kakak haruslah melindungi
dan menyayangi adik-adiknya. Sebagai seorang adik, sebaliknya haruslah
hormat pada `kakak-kakaknya.
Dengan demikian adik haruslah bisa
rukun bernaung hidup dalam satu atap dengan kakaknya, begitu pula
sebaliknya. Bila antara bersaudara terlihat rukun dan bahagia, maka
orang tua akan merasa senang.
Dalam bergaul di masyarakat
janganlah selalu menghitung untung rugi. Menghitung-hitung untung rugi
ini seringkali menimbulkan rasa marah dan emosi yang tak terkendali.
Sebaliknya,
selalulah bertutur kata yang santun, suka mengayomi, melindungi, suka
mengalah, berbicara dengan lembut, tidak menggunakan kata-kata kotor dan
mampu mengendalikan emosi. Semua perilaku di atas akan menghindarkan
seseorang dari pertikaian dan pertentangan yang tidak perlu atau rasa
`benci dan amarah.
“ Tutur bahasa adalah pintu malapetaka atau
bisa juga menjadi pintu keberuntungan. Filsuf Kong Fu Zi membagi
ajarannya dalam empat cabang ilmu yaitu ilmu budi pekerti, tutur bahasa,
sosial politik dan sastra. Dari kutipan tadi dapat dipahami bahwa tutur
bahasa merupakan unsur yang sangat penting dalam ajaran Kong Fu Zi “.
Sopan Santun Dengan Saudara :
Pendidikan
sopan santun (etika-tata krama) haruslah dimulai sejak dini, semenjak
usia belia. Dalam seluruh kegiatan sehari-hari, tata krama ini harus
dipraktekkan. Mulai dari tata cara makan, duduk atau berjalan. Kita
dituntun untuk senantiasa rendah hati dan selalu mengalah.
Yang
sulung dan yang bungsu selalu ada urutannya. Jangan lupa memprioritaskan
yang tua lebih dahulu, baru yang muda, sehingga yang lebih muda selalu
mengalah. Bila seorang yang lebih tua memanggil seorang yang lebih muda
dan orang yang dicari tidak ada ditempat pada waktu itu, maka kita yang
lebih muda harus berinisiatif untuk menemui saudara yang lebih tua itu.
Dan bertanya padanya, apa ada sesuatu yang bisa dibantu.
Kalau
kita bisa membantu mengerjakannya, bantulah. Bila kita tidak mampu
melakukannya maka janjikanlah, bahwa kita akan membantu menyampaikannya
kepada yang bersangkutan.
Dr. Sun Yat Sen mengatakan “ tujuan
utama kehidupan ini adalah mengabdi, bukanlah memiliki “ Anak-anak muda
harus selalu ingat pepatah diatas. Membantu orang lain adalah sumber
kebahagiaan.
Bila Bersama Sesepuh Di satu Tempat :
Berada
disuatu tempat dengan sesepuh, harus ikuti kegiatan beliau. Bila beliau
masih berdiri, kia pun harus ikut berdiri. Bila beliau belum
mempersilahkan duduk, janganlah duduk terlebih dahulu.
Bila
berbicara dengan sesepuh, suara harus lembut dan tenang. Bila menjawab
pertanyaan beliau. Suara harus sedemikian rupa pasnya, jangan terlalu
kecil sehingga tidak terdengar.
Bila kita ada keperluan menghadap
sesepuh harus dengan cekatan tampil ke depan dan bila telah selesai,
kembali ke tempat semula dengan perlahan. Bila sesepuh menyampaikan atau
bertanya tentang sesuatu, dengarkanlah dulu dengan seksama dan penuh
perhatian. Jangan mendengar dengan mata yang melirik ke kanan kiri.
Sering terjadi orang yang bertutur sapa hanya sekedar basa basi tanpa
diikuti dengan kesungguhan hati. Pikiran dan perhatiannya tidak tertuju
pada sesepuh yang sedang dihadapinya.
Bakti Pada Sesepuh Dan Keluarganya :
Berurusan
dengan para sesepuh, misalnya paman bibi dan keluarganya haruslah
dengan sikap sopan, hormat dan berbakti pada beliau seakan kita
berhadapan dengan orang tua kita sendiri.
Begitu pula berhubungan
dengan keluarga beliau. Saudara sepupu kita misalnya, haruslah pula
bersikap sayang dan hormat seperti kita sayang dan hormat pada saudara
kita sendiri.
Hormat Dan Santun Pada Sesepuh :
Menyapa
sesepuh tidak boleh memanggil namanya secara langsung. Dihadapan
sesepuh harus rendah hati, hormat dan santun. Jangan berlagak berlebihan
(over acting) memamerkan kelebihan, kebolehan dan kemampuan diri.
Kecongkakan seperti ini akan merugikan kita dan sesepuh akan berpikir
dua kali untuk membantu dan membimbingnya.
Bila bertemu sesepuh
di jalanan, jangan menghindar, harus berilah salam dengan menghadapkan
muka pada beliau. Bila sesepuh, karena suatu alasan tertentu tidak
memberi reaksi, beranjaklah mundur dan jangan repotkan beliau.
Dahulu
kala, bila bertemu sesepuh sementara kita berada di dalam kereta (baik
mengendarai sendiri maupun menumpang), segeralah turun dari kendaraan
dan beri salam.
Tunggulah dulu hingga beliau meninggalkan tempat
itu sampai berjarak agak jauh, beberapa ratus langkah, barulah kita
boleh melanjutkan perjalanan. Memberi kesempatan kepada sesepuh untuk
berjalan lebih dahulu, itu merupakan wujud penghormatan kepada sesepuh.
Mawas Diri :
Menghargai
Waktu. Sebagai seorang anak, kita harus bisa menghargai dan
memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Kita harus bangun pagi dan
tidur tidak terlalu cepat. Tapi hal ini bukan berarti harus begadang
atau tidur larut malam. Kebiasaan ini bukan hanya tidak baik terhadap
kesehatan, juga akan mempengaruhi kekuatan fisik kita dalam beraktivitas
di siang hari.
Bumi tidak pernah berhenti berputar. Waktu tetap
berjalan tanpa kenal henti. Masa muda harus dihargai. Pepatah mengatakan
: kalau waktu muda tidak giat berusaha maka pada masa tua akan
menyesal.
Biasakanlah hidup disiplin dan teratur. Bangun pagi
segera mandi, cuci muka, berkumur-kumur agar kesegaran timbul, semangat
tumbuh dan itu adalah awal dari hari yang cerah. Sehabis buang air, baik
buang air kecil maupun buang air besar, cuci kedua tangan dengan
bersih. Biasakanlah hidup bersih sehingga kesehatan kita terjaga. Ingat
penyakit bisa menular, bila kita tidak mencuci tangan dengan bersih dan
baik. Kebersihan adalah pangkal kesehatan.
Jaga Keterampilan :
Penampilan
harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh.Tata busana harus bersih,
rapi serasi. Bila memakai topi harus pas ukuran, warna dan tempatnya.
Kancing baju terpasang rapi, kaus kaki terpasang rapi, ikat pinggang
dikenakan rapi. Semua ini akan membuat jalan kita gagah, tidak lingling
bagai orang tersandung. Kerapihan dan keanggunan harus diutamakan dalam
berbusana. Busana mencerminkan citra pribadi kita.
Tiba di rumah
dari perjalanan, semua harus dikembalikan pada tempatnya. Baju, topi,
sepatu, kaus kaki dan lain-lain harus dikembalikan ke tempat yang telah
disiapkan semula agar sewaktu akan mengenakannya lagi tak perlu mencari
kemana-mana. Barang besar dan berat tempatkan di bagian yang mudah
dijangkau. Barang halus kecil tempatkan pada posisi yang mduah dicari.
Membiasakan hidup teratur dan rapi sudah merupakan separuh dari
kesuksesan pekerjaan kita.
Berlakulah Hemat Dan Seimbang :
Dalam
berpakaian, jangan pilih karena mahal, bermerk dan mewahnya. Pilihlah
karena kerapihan dan kebersihannya. Pertimbangkan pula kecocokannya
dengan status diri dan kondisi tempat yang akan kita kunjungi. Juga
sangat penting pertimbangan kemampuan keuangan kita untuk membelinya.
Kita
harus bisa mengelola keuangan keluarga dengan seimbang (proporsional).
Jangan demi gengsi dan pamer diri, dipaksakan membeli pakaian yang
berharga tinggi. Pengeluaran-pengeluaran yang tidak perlu adalah
pemborosan. Pepatah kita mengatakan hemat pangkal kaya.
Dalam hal
makanan jangan terlalu memilih-milih. Apa yang ada manfaatkan dan
konsumsi sebaik-baiknya. Bisa terjadi disuatu ketika nanti, disuatu
tempat tertentu kita tidak memperoleh makanan yang kita mau, sehingga
kita harus bisa menerima apa adanya. Maka kebiasaan tidak memilih-milih
apa yang akan dimakan ini akan sangat berguna.
Makanlah
secukupnya jangan berlebihan dan teratur pada waktunya. Bila ini
dilakukan, kita akan terhindar dari kegemukan, yang hanya menambah
beratnya beban tubuh yang disangga kaki dan akhirnya merusak kesehatan.
Minuman
keras dan beralkohol harus dihindarkan sejauh-jauhnya, karena sangat
merugikan kesehatan. Kita harus patuh pada hukum yang melarang minuman
yang memabukkan. Remaja muda dan anak-anak yang belum dewasa harus
berpantang minuman keras. Orang yang sudah dewasa pun tetap jangan
meminum keras apalagi berlebihan.
Lihatlah orang yang mabuk. Dia
berkelakuan sangat buruk, melantur dan berbuat tidak terpuji. Dalam
keadaan mabuk, kebejatannya akan terkuat semua.Ini adalah sumber
malapetaka. Yang tidak kalah berbahayanya adalah mengkonsumsi narkoba
dan obat-obat terlarang lainnya. Katakan “TIDAK UNTUK NARKOBA “ semua
itu akan menghilangkan harkat dan martabat manusia.
Bersikap Gagah Namun Tetap Sopan :
Sewaktu
berjalan langkah harus mantap dan pasti, jangan tergopoh-gopoh, jangan
terburu-buru tapi jangan pula lamban tak bertenaga. Berdiri harus tegak
dan gagah. Busungkan dada, tegakkan kepala, bersemangat penuh gairah.
Badan tidak boleh membungkuk lemah dan lunglai tak bersemangat.
Berinteraksi
dengan orang lain haruslah dengan rasa hormat yang tinggi dan
sungguh-sungguh, jauh dari basa basi dan asal-asalan. Misalnya menyapa
orang lain baik dengan cara membungkuk hormat (soja) maupun mengangguk
harus dengan sikap hormat yang ikhlas dan sungguh-sungguh dari hati
kecil, bukan asal-asalan dan basa-basi.
Dalam waktu menunggu dan
suasana santai, bersikaplah tetap sopan dan santun. Jangan berdiri
menghalangi lalu lintas orang yang lewat. Cari tempat yang tepat
sehingga orang tidak terganggu. Jangan bersikap arogan bersandar dengan
mengangkat sebelah kaki, berpangku tangan,menyilang atau menjulurkan
kaki dengan angkuh, apalagi mengangkat dan menggoyang-goyang kaki acuh
tak acuh.
Bersikaplah Lembut Dan Penuh Perhitungan :
Dalam
bertindak dan berkegiatan sehari-hari, lakukanlah dengan lembut dan
penuh kehati-hatian misalnya ketika memasuki ruangan buka dan tutuplah
pintu dan gordyn/tirai dengan perlahan sehingga tidak menimbulkan suara
gaduh. Ketika meletakkan gelas, piring dan sendok lakukanlah dengan
hati-hati sehingga tidak menimbulkan bunyi.
Demikian pula ketika
berjalan dalam rumah, ketika berbelok misalnya lakukan dengan hati-hati
agar tidak sampai menyenggol bagian yang tajam yang dapat melukai tubuh.
Sewaktu mengambil sesuatu yang kosong (tempayan kosong misalnya)
lakukanlah dengan sedemikian berhati-hatinya, seakan-akan mengambil
sesuatu yang berisi (tempayan berisi). Jaga jangan sampai terjatuh dan
pecah.
Hal yang sama bila ingin masuk ke dalam suatu ruangan yang
diperkirakan tidak berpenghuni, ketoklah pintu, berlakulah tetap
hati-hati, pelan dan sopan seperti ada yang ditemui.
Bekerjalah
berdasarkan rencana. Mengerjakan sesuatu janganlah terburu-buru karena
mudah menimbulkan kesalahan. Jangan takut mengerjakan sesuatu yang agak
susah. Karena khawatir tidak bisa selesai, kita menunda tidak jadi
mengerjakannya. Sebaliknya jangan terlalu ceroboh dan sembarangan saja
menyelesaikan sesuatu. Bekerjalah dengan penuh perhitungan. Rencanakan
apa yang akan dikerjakan dan kerjakan sesuai dengan yang sudah
direncanakan.
Hindari semua tempat-tempat maksiat dan perjudian
yang seringkali menimbulkan keributan dan perkelahian. Kita harus mampu
dengan tegas menolaknya. Jangan ikut-ikutan dan jangan pula sampai
terjerumus.
Semua itu bersifat kotor, porno dan berselera rendah.
Janganlah mendengar apalagi menonton semua kebobrokan di atas, jangan
pula karena keingin tahuan yang berlebihan, kita lantas bertanya lebih
mendalam. Jangan sampai akhlak kita yang masih murni polos, tercemar
oleh kemaksiatan yang merugikan tersebut.
Mengunjungi Dan Meminjam Barang Orang Lain :
Bila
hendak mendatangi suatu rumah, kantor atau kamar seseorang sebelum
masuk, ketok pintu dan bertanya dengan ramah, apakah ada orang di
dalamnya.
Jangan secara sembrono, tidak tahu diri, langsung masuk
saja ke ruang dalam. Tanyalah dengan suara lantang, apakah ada tuan
rumah di dalam, supaya orang didalam rumah tahu bahwa ia sedang
kedatangan tamu.
Jika orang di dalam rumah bertanya siapa
gerangan yang datang, jawablah dengan lantang nama kita dan maksud
tujuan kedatangan kita secara jelas dan singkat. Jangan hanya
menjawabnya dengan kata saya saja, karena hal itu akan membuat tuan
rumah akan menjadi bingung, saya itu siapa?
Bila meminjam barang
milik orang lain, haruslah dengan seizin yang empunya. Jika tidak
mendapat persetujuan dari pemilik, janganlah menjamah dan mengambilnya,
karena hal tersebut sama saja dengan mencuri.
Barang yang
dipinjam harus dipelihara dan harus digunakan secara berhati-hati.
Kembalikan tepat waktu sesuai janji, sehingga bila lain kali jika ingin
meminjam lagi tidak mendapat kesulitan.
Pepatah mengatakan : pinjam dengan baik, kembalipun harus dengan baik. Mau pinjam lagi tidak akan sulit.
Amanah Dan Jaga Lidah :
Dalam
berucap, utamakan amarah, ketulusan dan kepercayaan. Pegang ucapan,
jangan ingkar janji. Bila memang tidak sanggup, jangan sembarang menebar
janji, menebar bohong dan mengada-ada. Begitu pula jangan
membesar-besarkan sesuatu dan memanipulasi suatu keadaan yang sebenarnya
tidak ada untuk mengambil keuntungan bagi diri sendiri. Hal ini akan
menumpuk dosa dan kesusahan. Kebiasaan ini tidak akan pernah ada
gunanya, harus ditinggalkan.
Lebih baik berbicara seperlunya,
daripada terlalu banyak bicara. Lebih baik berbicara sedikit yang
bermanfaat daripada bicara banyak yang tidak ada isinya. Berbicaralah
pada tempat dan waktu yang tepat. Pilihlah topik pembicaraan yang memang
perlu diketahui orang lain. Hal-hal yang tidak pantas didengar, jangan
diobral
Jaga lidahmu, berbicara dengan hati-hati, jangan
menyinggung perasaan orang lain, ngegombal, ngegosip dan yang menjurus
pada pornografi. Ucapan yang keluar dari mulut kita haruslah sesuatu
yang benar-benar punya arti dan maksud yang jelas. Jangan berbicara yang
muluk-muluk tak berarti.
Jauhilah ucapan-ucapan yang membuat
orang bingung, ucapan yang berselera rendah, jorok dan kotor. Ucapan
kasar dan prilaku yang biasa dipakai para berandalan di jalanan,
seyogyanya tidak keluar dari mulut orang yang berakhlak baik.
Bicaralah Apa Yang Diketahui Dan Hindari Gosip :
Persoalan
apapun, sebelum mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, jangan
sembarang memberikan komentar. Sebelum mengerti dulu persoalannya jangan
sebar luaskan. Jangan sampai terjadi yang tidak kita inginkan. Gosip
akan berhenti di hadapan orang bijak. Janganlah terpengaruh dengan
gosip-gosip.
Jangan membuat janji sembarangan menyangkut hal-hal
yang tidak masuk akal. Jika telah melakukan janji kosong, maka akan
berakibat salah langkah. Maju salah, mundur pun salah.
Ucapan
harus tegas dan jelas, oleh karena itu berbicaralah dengan tenang,
mantap dan utarakan maksud dengan jernih. Janganlah terburu-buru,
sehingga permasalahannya menjadi kabur.
Jika bertemu dengan orang
yang menyampaikan gosip, dengarkan saja, analisa dengan bijaksana,
jangan terpengaruh, apalagi ikut-ikutan. Jika itu urusan pribadi orang
lain dan tidak berhubungan dengan kita, jangan ikut campur.
Introspeksi Dan Kaji Diri :
Kita
harus belajar dan mencontoh kelebihan dan kearifan orang lain.
Timbulkan niat untuk belajar dan mencontohnya. Walaupun mungkin rasanya
sulit dan kemampuan kita belum memadai, tetaplah berusaha, bertekadlah
untuk melakukan kebaikan seperti orang arif itu.
Sebaliknya bila
melihat dan menemukan kelemahan atau perbuatan orang lain yang tidak
terpuji, mawas dirilah, hati-hati jangan sampai terikuti. Kaji diri,
introspeksi, apakah diri kita memiliki juga kekurangan seperti itu.
Kalau
ternyata kitapun memiliki kelemahan yang sama, segera perbaiki diri.
Lalu berusahalah lebih waspada, jangan terulangi. Belajarlah seperti
orang bijak, kaji diri bila melihat kekurangan orang lain. Bila ternyata
kita tidak melakukan perbuatan seperti itu, tetaplah waspada dan jangan
sampai suatu hari nanti kita tergelincir.
Filsuf Kong Fu Zi
berkata : Jika tiga orang berjalan bersama, pasti ada yang dapat
dijadikan sebagai guru. Ambil kebaikan dan kelebihan orang lain.
Sebaliknya terhadap keburukan mereka, berjaga dirilah jangan terikuti.
Mengembangkan diri :
Setiap
orang haruslah berkewajiban untuk mengembangkan dirinya. Baik itu
menyangkut pengembangan moral, akhlak, ilmu pengetahuan maupun jiwa
seninya. Kalau merasa ada kekurangan, harus diupayakan menggali dan
mengembangkan kemampuan tersebut. Perluas wawasan.
Tapi bila yang
berkekurangan itu menyangkut harta, makanan, pakaian atau materi
lainnya, biarkanlah, tak usah sedih. Jangan risau apalagi kalau harus
rendah diri. Kehidupan sederhana di bidang materi juga abisa mengangkat
martabat diri.
Dalam cerita Lun Yu adalah seseorang yang bernama
Yan Hui tinggal di pondok reot kumuh dan sempit. Orang lain prihatin dan
tidak sampai hati melihat makanan dan minumannya yang sangat sederhana.
Namun Yan Hui tetap tegar dan selalu tampak ceria, bahagia. Disini
terlihat bahwa orang bijak dan sederhana, lebih memikirkan pembinaan dan
pengembangan diri dibandingkan dengan merisaukan harta benda.
Bersikap Terbuka :
Kalau
seseorang yang mudah marah karena mendengar kabar buruk tentang dirinya
dan mudah senang karena mendengar kabar baik tentang dirinya, maka
teman-teman yang jahat (tidak tulus) akan mudah datang dan mendekatinya,
sementara teman-teman yang baik (tulus) akan menjauhi.
Sebaiknya,
janganlah lupa daratan ketika mendapat pujian. Introspeksilah diri.
Perhatikan apa yang kurang dan apa yang lebih. Oleh karena itu ketika
dikritik janganlah mudah marah tetapi sebaliknya haruslah senang hati
menerimanya.
Dengan demikian orang-orang yang baik dan terpercaya akan senang mendekati kita.
Ada
pepatah : Manusia berkelompok dalam masyarakat, binantang berkelompok
dalam koloni, yang seirama bersahutan, yang berbeda saling menjauhi.
Seperti
Pepatah mengatakan : Manusia berkelompok dengan masyarakat. Binatang
berkelompok dalam koloni. Yang seirama bersahutan. Yang berbeda saling
menjauhi.
Siap Memperbaiki Diri :
Bila
seseorang dengan tidak sengaja melakukan kesalahan itu adalah
keteledoran dan kelalaian, namun bila seseorang dengan sengaja melakukan
kesalahan maka hal itu suatu kejahatan yang sebenarnya.
Sebaliknya
bila mengetahui suatu kesalahan dan mampu mengubahnya, hal tersebut
merupakan perbuatan seorang ksatria. Dengan demikian kelemahan pada diri
akan terkikis satu persatu. Dan jika hanya demi gengsi, seseorang tidak
pernah mau mengakui kesalahannya apalagi berusaha menutupinya, ini
merupakan kesalahan yang berganda.
Orang baik bukanlah orang yang
tidak pernah berbuat salah, tapi orang yang segera memperbaiki diri
setelah terlanjur berbuat salah.
Filsuf Kong Fu Zi berkata : Mengerti
kesalahan dan bisa mengubahnya adalah kebajikan yang terbesar.
Tambahnya lagi : orang yang tahu malu adalah orang yang pemberani.
Kasih Sayang/ Kesamaan Manusia :
Semua
manusia pada dasarnya sama, berasal dari yang satu, sehingga semuanya
adalah serumpun. Jangan sampai ada perbedaan-perbedaan yang mengundang
pertikaian berdasarkan ras, keturunan, warna kulit, golongan ataupun
agama.
Semua manusia harus saling berkasih sayang dan saling
bekerja sama. Semua manusia berasal dari satu kandungan alam semesta
ini. Jangan dibesar-besarkan perbedaan saya dengan kamu. Semua harus
saling membantu, bekerja sama demi menjaga keharmonisan dan
kesejahteraan kehidupan bersama. Dr. Sun Yat Sen mengatakan : binatang
bertahan hidup dengan saling mengalahkan, manusia bertahan hidup dengan
saling kerjasama.
Berkepribadian Luhur :
Bagi
manusia yang berkepribadian luhur, dia akan memiliki nama yang harum.
Popularitasnya menyebar kemana-mana. Yang dihormati orang adalah
kepribadian dan budi luhur, bukan penampilannya.
Orang yang
berkeahlian akan memiliki kemampuan lebih dalam menyelesaikan masalah.
Ia akan terlihat sebagai seorang tokoh panutan. Orang akan sangat kagum
terhadap orang-orang yang mampu menyelesaikan banyak masalah pelik,
bukan karena omong besar atau kekuasaannya, melainkan dengan keahlian
dan kearifannya.
Hargai Orang Lain :
Setiap
manusia memiliki kemampuan mengabdi dan berbuat baik pada orang banyak.
Oleh karena itu janganlah egois dan hanya mementingkan diri sendiri.
Bantulah orang yang perlu bantuan. Ketika melihat seseorang yang
memiliki intelektualitas tinggi, bersikaplah haus akan ilmu, kagum
padanya dan sebaliknya janganlah mengkritik dan memfitnah dirinya karena
iri dan dengki.
Jangan bersikap menjilat terhadap orang kaya.
Sebaliknya jangan sombong dihadapan orang miskin. Jangan cepat menjadi
bosan dalam pergaulan. Hargai teman lama dan jangan cepat mabuk kepayang
terhadap teman yang baru atau kesenangan baru. Senangi dan sayangilah
barang yang sudah dimiliki dan jangan karena gengsi, mudah bosan dan
gonta ganti.
Orang yang sedang memiliki kesibukan, jangan
diganggu. Bila seseorang sedang tidak enak badan atau sedang kurang
sehat atau pikirannya yang sedang tidak nyaman, jangan mengganggu dengan
obrolan yang tidak berarti, agar tidak sampai menambah kegelisahan dan
ketidak tenangannya.
Jangan Bicarakan Aib Orang Lain :
Dalam
berhubungan dengan orang lain, jangan suka membicarakan kekurangan
mereka. Kebobrokan mereka jangan dibeberkan, namun cukup dijadikan
pelajaran. Rahasia pribadi (privasi) seseorang jangan disebarluaskan.
Menghargai dan memuji kelebihan orang lain adalah suatu kebajikan.
Semakin banyak orang mengetahui tentang kebaikan yang dipuji akan
memotivasi dirinya dan orang lain untuk melakukan hal yang sama.
Perbuatan
menyebarluaskan kekurangan atau rahasia seseorang adalah perbuatan
jahat dan tidak terpuji. Mengkritik dengan sangat pedas bahkan sampai
diikuti dengan kata-kata cacian yang merendahkan martabat seseorang,
akan memecahkan tali persaudaraan bahkan timbul malapetaka.
Seorang
teman sejati haruslah mau menasihati dan mengarahkan temannya.
Berusahalah membina dan membangun watak dan kepribadian yang luhur. Bila
teman kita bersalah, lalu kita biarkan tanpa memberi nasihat dan saran,
maka diri kitapun sebenarnya ikut menderita kerugian.
Melepas Budi :
Mengambil
atau memberi harus dapat dipisahkan dengan tegas dan jelas. Lebih baik
memberi banyak dan mengambil sedikit. Dengan demikian barulah tercipta
kecocokan yang harmoni, hidup aman, damai dan sejahtera dengan banyak
orang.
Bila kita ingin meminta seseorang untuk melakukan sesuatu,
tanya diri kita lebih dulu apakah kita mau dan senang melakukannya.
Kalau kita tidak menginginkannya jangan minta orang lain melakukannya.
Filsuf Kong Fu Zi
berkata : sesuatu yang tidak kita senangi, baik itu suatu benda atau
suatu urusan, jangan berikan kepada orang. Perasaan orang lain harus
dipertimbangkan lebih dahulu dengan seksama.
Menerima budi
kebaikan dari orang lain, harus selalu dikenang utnuk membalasnya.
Sebaliknya bila kita dirugikan dan timbul sakit hati, berusahalah
melupakannya dan terimalah dengan lapang dada. Jangan disimpan berupa
kemarahan yang berkepanjangan.
Yang lalu, biarlah berlalu. Kalau
diingat terus akan menyiksa diri. Namun sebaliknya budi kebaikan orang
lain harus dikenang selalu dan berusaha untuk membalasnya pada
kesempatan lain : Ada ubi ada talas, Ada budi ada balas.
Perhatikan Bawahan :
Terhadap
bawahan dan karyawan, disamping harus berbuat jujur, proporsional dan
lurus, kitapun harus menunjukkan kasih sayang. Kepada mereka harus
diperlihatkan tingkah laku dan contoh perbuatan yang baik.
Kalau
kita memaksa mereka patuh pada kita dengan pendekatan kekuasaan, maka
mereka hanya patuh pura-pura, dipermukaan saja. Hanya kebajikan yang
tulus yang kita lakukan kepada merekalah yang akan membuat mereka patuh
dengan sungguh-sungguh pada kita.
Arif Bijaksana, Dekati Orang Arif :
Manusia
itu sangat beragam. Ada yang baik, ada yang jahat. Ada yang cerdas, ada
yang terbelakang. Ada yang gagah lengkap dan ada yang cacat. Manusia
pada umumnya (orang kebanyakan) akan terpengaruh keadaan, mengikuti
kecenderungan arus mode. Namun manusia arif bijaksana amatlah langka.
Bila
ada seseorang yang berbudi luhur tampil ditengah masyarakat, serta
merta dia akan menjadi pusat perhatian. Orang akan menganguminya dan dia
jadi panutan. Ucapannya mengandung kebenaran, lepas dari kepentingan
pribadi. Dia tidak menjilat. Dia tidak punya rahasia-rahasia. Semua
orang hormat padanya.
Bila ada kesempatan, belajarlah pada orang
arif. Mereka akan membimbing kita untuk maju. Kesalahan dan kekurangan
kita akan menyusut. Bila enggan, tidak mau berguru pada orang arif itu,
kita akan menderita dengan kesengsaraan yang tak berujung.
Karena
manusia berakhlak rendah akan menyusup menyelinap, untuk mengajak kita
berbuat yang tidak terpuji sehingga dari hari ke hari dosa kia akan
semakin menumpuk. Tingkah laku dan ucapan kita akan ikut terpengaruh,
menjadi jahat dan berbisa, yang akhirnya akan menjerumuskan kehidupan
kita.
Dahulukan Ajaran Moral Baru Ilmu Pengetahuan Dan Seni Rupa
Ilmu Dan Amal :
Bila
kita sudah banyak membaca, sudah banyak berbekal teori tentang
kebajikan, sudah banyak belajar, tapi tidak bisa mempraktekkannya, maka
akan sia-sialah pembelajaran kita. Buat apa banyak belajar bila kita
tidak mampu bakti kepada orang tua, tidak hormat pada sesepuh, tidak
mampu memegang janji, tidak mampu berkasih sayang dengan sesama dan
tidak mampu berbuat arif bijaksana.
Bisa jadi orang rajin membaca
buku, punya bekal sedikit ilmu tapi kalau tidak bisa dipraktekkan,
semua itu hanya akan menambah tabiat buruk kita yang hanya memahami
kebenaran semu. Buat apa belajar dan membaca kalau akhirnya kita menjadi
manusia yang tidak realistis,
Namun sebaliknya, bila kita hanya
bisa berbuat dan berbuat terus tanpa dibekali ilmu dan malas membaca,
maka perbuatan kita itu tidak terarah. Perbuatan tersebut hanya akan
mengikuti kehendak hati pribadi saja tanpa landasan yang benar. Hal ini
akan memutar balikkan kebenaran dan itu sangat salah.
Filsuf Kong
Fu Zi mewasiatkan : belajar terus tanpa pernah mempraktekkannya akan
menimbulkan kebimbangan. Namun berbuat terus tanpa mau belajar akan
menjadi berbahaya.
Gairah Menuntut Ilmu :
Dalam
hal belajar, tidak bisa dipisahkan dari membaca. Sementara dalam hal
membaca, tidak bisa dipisahkan dari tiga faktor utama yaitu
- Mata untuk melihat aksara dan materinya
- Mulut untuk melafalkannya, mengucapkannya
- Pikiran, memahami dan mengingatnya
Bila
ketiga faktor ini sudah lengkap, hasil pembelajarannya baru bisa
maksimal. Bila mau mendalami ilmu, kita harus benar-benar terpusat
fikirannya, fokus dan menjurus kesuatu hal secara khusus (spesialis)
Jangan
sampai terjadi, baru membaca sedikit saja, baru menguasai
kulit-kulitnya saja, kita sudah beralih mau mempelajari buku-buku
pengetahuan lain. Pahamilah satu ilmu sampai tuntas, baru belajar yang
lain. Bila kita tidak fokus, maka hati kita tidak akan tenang.
Oleh
karena itu, sebelum membaca buku, rencanakan dulu pemilihan objek buku
itu dengan seksama. Kalau sudah diputuskan memilih suatu buku yang kita
minati, jadwalkan agak longgar waktunya, pelajarilah dengan giat,
sungguh-sungguh, disiplin dan jangan menunda-nunda. Bila kita konsisten
demikian, maka dasar keilmuan kita akan menjadi kuat. Kalau pada awalnya
kita masih ragu dan belum sepenuhnya mengerti, lambat laun akan
memahami semuanya secara mendalam.
Dalam kitab Zhong Yong
dinyatakan : bila kita kuat belajar dengan tekun, pada saatnya akan
mengerti secara keseluruhan. Semua persoalan, baik yang halus
(samar-samar) maupun yang kasar (nyata) akan menjadi jelas. Ilmu itu
akan berguna untuk menerangi semuanya. Sebagai pelajar, kalau ada
keraguan yang ditemui, catat dan segera tanya kepada guru, sampai
mengerti semuanya. Malu bertanya sesat di jalan.
Rapikan Ruang Belajar :
Ruang
belajar dan perpustakaan kita harus tertata dengan rapi dan apik. Semua
peralatan belajar mulai dari buku bacaan, catatan, tinta, pena dan
peralatan lainnya tempatkan secara rapi pada tempatnya masing-masing,
jangan sampai berantakan. Seluruh ruangan, sampai pojok-pojoknya harus
indah dipandang mata, tertata dengan baik. Suasana inilah yang akan
membuat kondisi batin kita tenang dan siap belajar.
Dahulu orang
belajar menulis dengan kuas yang memiliki batu tinta. Sebelum menulis
harus diasah terlebih dahulu batu tinta tersebut. Bila hati sedang tidak
tenang, maka sewaktu mengasah batu tinta bisa miring sebelah. Jadi
kemiringan tersebut adalah karena situasi batin yang tidak tenang. Tata
letak buku bacaan, juga harus sedemikian rapi dan sistematisnya.
Kelompokkan buku dalam kelompok yang sama sesuai klasifikasinya. Bila
telah usai membaca, tempatkan kembali buku tersebut ke tempatnya semula
Bila
ada urusan penting yang membuat kita harus meninggalkan ruang baca
dengan mendadak, kembalikan dulu buku yang tengah dibaca ke tempatnya
semula, baru boleh meninggalkan tempat. Buku adalah intisari kecerdasan
orang-orang bijak.
Bila buku sampai rusak karena dibaca, cepat
diperbaiki, ditambal, dijahit atau dilem agar tidak cepat rusak. Orang
dahulu, sangat sulit mendapatkan buku. Oleh karena itu, bila ternyata
rusak harus diperbaiki dan ditambal terus.
Buku-buku picisan yang
bukan dikarang orang-orang bijak dan suci harus segera dicampakkan.
Jangan sampai jiwa dan pemikiran kita sempat terkontaminasi atau
tercemar. Bila hati kita ditutup untuk suatu ilmu kebajikan, maka
pikiran akan menjadi kotor, tidak sehat, lalu bila kita sering
berhadapan dengan suatu kesulitan atau rongrongan, kita akan cepat
menjadi putus asa.
Sayangilah diri sendiri, perluaslah wawasan.
Jangan suka menyalahkan orang lain. Kalau kita menemui sesuatu yang
tidak berkenan di hati, introspeksilah, kaji diri. Tingkatan orang bijak
dan suci memang tinggi sekali. Tapi bila kita ada kemauan untuk
mencapainya, kita akan mampu juga seperti mereka dengan melatih diri,
namun dituntut kesungguhan untuk selalu mencoba dan mencoba lagi.
Meng
Zi berkata : orang terhormat maupun orang biasa, yang terbaik dari
mereka itu adalah orang yang selalu berusaha menjadi baik.
Semoga bermanfaat bagi diri kita sehari-hari maupun keluarga.
Shanzai.
Sumber : http://www.makinjambi.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar