Suatu
hari kuda milik Confucius (Nabi Kong Zi) melarikan diri dan
menginjak-injak sawah milik tetangga. Petani yang dirugikan tersebut
menjadi sangat marah dan menahan kuda yang ngamuk tersebut. Setelah
mendengar kejadian buruk ini, Confucius segera mengutus Tze Kung (Cu
kong dialek Hokkian), salah satu murid terbaiknya, untuk berunding
dengan sang petani, mengganti kerusakannya dan memperoleh kembali
kudanya.
Tze
Kung tiba di rumah petani itu, dan setelah bertanya kepada orang
didaerah itu, murid yang berpakaian rapi itu dengan bahasa yang halus
dan sikap intelektualnya berusaha meminta maaf kepada petani yang
notabennya buta huruf dan kurang berpendidikan itu serta berusaha
menyelesaikan masalah tersebut seperti layaknya orang yang
berpendidikan.
Tetapi
rupanya petani itu dibingungkan oleh tutur kata dan bahasa lembut Tze
Kung dan bergegas kembali di rumah, bersembunyi dibalik pintu yang
terkunci rapat-rapat. Sambil berdiri dengan sopan di halaman si murid
berusaha menjelaskan maksud dan tujuannya yang baik itu. Namun karena
tidak memahami satupun tutur kata halus tersebut si petani menjadi
merasa bingung dan tersinggung serta dengan keras kepala menolak bertemu
dengan Tze Kung.
Setelah
seharian penuh berusaha tanpa hasil, Tze Kung merasa kelelahan dan
frustasi. Lalu Tze Kung pulang dan melaporkan kegagalannya bernegosiasi
kepada gurunya.
“Kamu
berdua berasal dari dua tingkatan yang amat berbeda”, Confucius
tersenyum penuh arti dan dengan tenangnya berkata, ”Usahamu untuk
berunding dengan petani itu ibarat menyajikan makanan yang mahal dan
lezat pada seekor sapi atau memainkan musk yang digarap dengan cantik
pada seekor ayam. Mereka tidak memahaminya sama sekali”.
Keesokan
paginya, Confucius lalu mengutus perawat kudanya untuk mengatasi
masalah ini. Setelah melakukan percakapan singkat, si petani dengan
sangat gembira menerima syarat-syarat yang diajukan serta mengembalikan
kuda tersebut.
Orang
memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Hanya orang yang bijaksanalah
yang dapat mengatasi perbedaan-perbedaan ini dengan tepat. Karena
perbedaan latar belakang mereka, bahasa halus Tze Kung yang
berpendidikan itu tidak dapat dipahami oleh si petani yang kurang
berpendidikan. Meskipun jika Tze Kung mempergunakan bahasa yang kasar,
yang mungkin dianggap sang petani sebagai penghinaan, petani tersebut
tetap saja tidak dapat merasa nyaman untuk berkomunikasi dengan Tze
Kung.
Lalu
mengapa Confucius tidak mengutus perawat kudanya sejak semula? Karena
Beliau sangat mengerti jikalau muridnya yang berpendidikan dalam
keangkuhannya, akan merasa tersinggung jika ia, sebagai seorang pria
yang berpendidikan dan berkemampuan, tidak di utus.
Confucius
juga melihat bahwa, setelah si murid gagal dalam misinya, keberhasilan
si perawat kuda akan jauh lebih dihargai oleh murid-murid yang lainnya.
Nabi yang sangat bijaksana itu melihat bahwa para murid dan pelayannya
akan sama-sama memperoleh hikmah dari pengalaman tersebut.
Hikmah Kebajikannya:
"Kita harus pandai menempatkan orang, karena setiap orang memiliki latar belakang yang berlainan. Dalam menjalani komunikasi kita harus menyesuaikan diri dengan orang kita ajak bicara"Sumber : http://www.meandconfucius.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar