Oleh WS. Budhi. S. Pribadi,CH
Ru-Ji/Ji-Kauw
adalah nama asli dari agama Khonghucu yang diturunkan Tuhan/Tian lewat
para raja -Nabi Purba, dan terakhir Nabi Kongzi (baca: Kongce) atau yang
lebih dikenal dengan
sebutan Khonghucu/Confucius, merupakan sebuah ajaran bagi umat manusia yang datang beriringan dengan sejarah manusia, sejak kurang lebih 5000 tahun yang lampau, yang pada mulanya berhubungan langsung dengan suatu tempat, suatu waktu, suatu kaum tertentu, yaitu, daratan, sejarah peradaban manusia yang kita kenal sebagai Tiongkok/Zhong-Guo.
sebutan Khonghucu/Confucius, merupakan sebuah ajaran bagi umat manusia yang datang beriringan dengan sejarah manusia, sejak kurang lebih 5000 tahun yang lampau, yang pada mulanya berhubungan langsung dengan suatu tempat, suatu waktu, suatu kaum tertentu, yaitu, daratan, sejarah peradaban manusia yang kita kenal sebagai Tiongkok/Zhong-Guo.
Adapun
nama "Konfusianisme/Agama Khonghucu" yang sekarang lazim dikenal dan
telah digunakan secara umum diseluruh dunia, adalah muncul sejak FR.
Matteo Ricci seorang missionaris Katolik datang ke Tiongkok, dengan
melatinkan nama Khonghucu menjadi Confusius, dan agama-Ru (Ru-Jiao)
dengan confucianisme/konfusianisme -Agama Khonghucu.
Agama Khonghucu Bersifat Monoteisme Universal.
Para
Nabi utusan-Nya yang merangkai agama Khonghucu, adalah Shun yang
merupakan orang Timur (Korea dan Jepang); Raja Suci Nabi Purba Wen-Wang,
yang merupakan orang Barat (orang Asia - Timur), Nabi Yu-I-Agung adalah
dari Yunan (orang Asia Tenggara) dan orang-orang Suku Han yang
merupakan suku mayoritas Tiongkok.
Wahyu Tuhan Diturunkannya Agama Khonghucu
Tian/Tuhan
Yang Maha Esa sebagai pusat perhatian dalam agama memang mempunyai
aspek pengimanan yang berbeda dalam sejarah umat manusia, namun secara
garis besar dapat dikatakan ada dua hal yang utama, yaitu pertama
pengimanan Tuhan secara Transenden, dan yang kedua pengimanan Tuhan
secara Immanen, sebagai wujud pengimanan manusia kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
Di
dalam konsep teologi konfusian, kehidupan surgawi "ditentukan" oleh
dasar prilaku/amal bakti dalam kehidupan di dunia, yang merupakan bagian
dari kehendak Tuhan atas penjadian dan kehidupan manusia yang menjadi
ujian jalan ke surga. Bahwa dalam "niat" manusia untuk memberi makna
hidupnya, dan hal misteri akan sebelum dan sesudah "kehidupan manusia"
adalah permasalahan yang utama, yakni ada titik perhatian, bahwa hidup
ini adalah tidak lepas dari perkara "sebelumnya", dan hidup ini adalah
rangkaian dengan perkara sebelum dan sesudahnya, yang kemudian memberi
wacana tentang makna kehidupan beragamanya.
Adapun
dalam pembinaan rohani bagi umat Khonghucu, yang utama adalah pembinaan
diri, bagaimana untuk menjadi Manusia-Sejati, yang disebut
"Susilawan/Junzi" yang merupakan tugas dan wajib dari agama. Dalam agama
Khonghucu, Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta dan 'Penguasa' tidak
membiarkan manusia hidup tanpa "Petunjuk" atas adanya Nabi utusan-Nya,
lambang-lambang kebesaran-Nya, untuk memungkinkan umat manusia menemukan
petunjuk-Nya.
Oleh
karena itu, pencaharian manusia dapat mengikuti ajaran para Nabi
Utusan-Nya, dan menghayati lambang-lambang suci-Nya, adalah keniscayaan
yang dapat menjadi jalan menemukan pencaharian manusia, yang baik atas
tuhannya, bahkan makna hidupnya.
Agama
Khonghucu dalam kehadirannya di dunia, adalah tidak lepas dari lingkup
persoalan "Pencaharian Manusia" di atas, maka bila ingin mengenal agama
Khonghucu, adalah lewat pendekatan "Agamis" kehidupan beragama umatnya,
sebab bila tidak akan menimbulkan salah persepsi, seperti adanya banyak
orang yang menganggap ajaran Khonghucu bukan agama, melainkan sebuah
etika melulu.
Pada
awal sejarahnya, ketika kehidupan manusia dimulai selalu ada keyakinan
pada utusan-utusan dalam era peradaban yang zaman itu di Tiongkok muncul
pemimpin-pemimpin yang mengantar mereka pada tingkat yang berlanjut
pada sejarah yang menempuh perjalanan lebih dari 5000 tahun hingga
sekarang, dan seiring dengan perjalanan waktu sejarahnya, agama
Khonghucu/Ru-jiao lahir dan kemudian menjadi agama yang diyakini
umatnya, bahkan melintasi batas negara menjadi agama yang universal bagi
yang percaya.
Agama Khonghucu Memiliki Karakteristik
Dalam
agama Khonghucu, terdapat nilai-nilai kerohanian dalam perjalanan
sejarahnya yang amat panjang, dengan mengalami transisi dan transformasi
mulai dari pewahyuan yang diterima oleh para raja suci - nabi purba
sampai nabi yang terakhir - Nabi Kongzi/Khonghucu, dan diteruskan dan
ditegakkan oleh Rasul Bingcu/Mengzi, yang meneruskan ajaran-ajaran
Khonghucu.
Di
dalam perjalanan transisi dan transformasinya, telah mengalami
perkembangan dengan disebut "Neo-Konfusianitas" suatu pembaharuan yang
dipelopori oleh Zhuxi/Chu-Hi. Dalam penyebaran selanjutnya, dikumpulkan
dan diklasifikasikan kitab-kitab suci Wujing dan Si-Shu yang merupakan
dasar ajaran dan tradisi sejak raja suci nabi Purba Fu-Xi hingga
Khonghucu dan penerusnya yang dikenal sebagai Agama Khonghucu ini.
Bahwa
teologi dan peribadahan agama Khonghucu, adalah berdasarkan pada konsep
Tiga Landasan Keimanan yang disebut "Sancai"' yaitu: (1) Jalan Suci
Tuhan (Tian-Dao), (2) Jalan Suci Alam/Bumi (Di-Dao), (3) Jalan Suci
Manusia (Ren-Dao), dan bersandar pada hakekat Watak-Sejati/Kodrati
Manusia, yang berupa benih-benih kebajikan yang disebut Empat Kebajikan
Si-De, yaitu: (1) Cinta Kasih (Ren), (2) Kebenaran (Yi), (3) Kesusilaan
(Li), (4) Kecerdasan/Arif Bijaksana (Zhi).
Bila
hal ini dapat benar-benar terlaksana di dalam kehidupan disebut
"Dapat-Dipercaya/Xin dan menjadi "Lima Kebajikan" yang lestari
(Wu-Chang) sebagai ajaran moral kerohanian yang mempunyai nilai-nilai
spiritual yang luhur. Di dalam peribadahan agama Khonghucu, adalah
kepada Tian, Tuhan Yang Maha Esa (Tian), kepada alam semesta/bumi (Di),
dan kepada leluhur termasuk para suci (Ren), yang disebut
Tian-Di-Re/Tuhan Bumi dan Leluhur di tempat-tempat ibadahnya sesuai
dalam tiga landasan dasar keimanan umat Khonghucu/Konfusianitas.
Bahwa
agama Khonghucu bukan sekadar filsafat/etika biasa yang banyak
ditafsirkan oleh mereka yang hanya mengerti kulit luarnya, melainkan
suatu bangunan yang besar dan luas sekali, yang tidak mudah diucapkan
dengan kata-kata scara implisit saja. Di dalam kitab sucinya yang
disebut kitab kejadian alam semesta dengan segala perubahan dan
peristiwa/Yi-Jing/I-Ching.
Diungkapkan
bagaimana Tuhan dan alam semesta beserta segenap wujud di dalamnya
dengan pemahamannya (kognitif) yang disertai pula dengan perasaan
(afektif) serta keyakinan dan keimanan. Oleh karena itu dalam "Bangunan
Agama" masing-masing agama yang ada. Mempunyai konsep yang beragam,
memiliki dasar-dasar yang sama, tetapi juga ada perbedaan-perbedaan
dalam teologinya, tata peribadahan dan tata cara sosial kemasyarakatan
dalam bidang agamanya, yang tidak perlu adanya perbedaan, dipersamakan
dan dibedakan, biarlah masing-masing mempunyai keasliannya
sendiri-sendiri.
Sumber : http://meandconfucius.com/
Sumber : http://meandconfucius.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar